Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

"Ass" dalam Assalaamu'alaikum

17 Februari 2012   03:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:33 1780 0

Seorang Profesor menulis di status facebook-nya, jangan sampai menulis “Ass” atau “Askum” untuk menyingkat Assalamualaikum. Karena “Ass” berarti pantat, dan “Askum” maknanya “Celakalah kamu”.

Benar? Ya benarlah. Kecuali bagian “Askum”, saya ketik di google translate untuk bahasa Indonesia ke Arab belum ketemu. Tapi untuk sementara, lebih baik membenarkan sang professor. Apalagi beliau adalah profesor bidang komunikasi. Guru saya. Tetapi semua orang boleh setuju boleh tidak.

Karena bukan isu baru, jauh sebelumnya saya sendiri setuju. Dan itu berhasil membuat saya selalu kepikiran ”pantat” setiap berniat mengetik assalamualaikum alih-alih memikirkan makna sebenarnya yang indah. Sehingga setiap kali mau mengetik singkat kalimat tersebut saya jadi panjangkan apa adanya. Termasuk meskipun saya mengetiknya di SMS yang dibatasi jumlah karakter atau di BBM. Padahal sebelumnya santai saja mengetik Ass atau Ass.Wr. Wb tanpa kepikiran pantat sama sekali. Sepertinya terbuktilah teori Kabayan, pengetahuan baru bisa membuat hidup semakin banyak aturan akibat kerumitan yang kita ciptakan sendiri akibat pengetahuan tersebut.

Tanpa bermaksud menolak realitas arti bahasa asli dari Ass atau Askum, sebenarnya ada yang perlu kita letakkan secara proporsional, pada tempatnya, dan tidak terlalu tegang mengenai hal ini.

Makna bahasa

Bahasa adalah konsesus kelompok manusia. Karena bahasa pada dasarnya adalah sekumpulan bunyi ucapan yang dijadikan alat penyama makna oleh manusia dalam kelompok sosialnya. Singkatnya ”the word doesn’t mean, people give meaning”.

Kalau kita sepakat membahasakan wadah untuk minum itu sapu – bukan gelas, sapulah dia namanya. Kalau kita setuju membahasakan tempat untuk duduk itu got – bukan kursi, jadilah got namanya.

Bahasa adalah milik kelompok sosial, meskipun tidak eksklusif dan bisa mengalami perkembangan pada perjalanannya. Namun bahasa pada mulanya memang untuk komunikasi dalam lingkungan kelompok. Karena itulah pada akhirnya terdapat bermacam-macam bahasa. Setidaknya ada 7.358– dan mungkin juga lebih – bahasa di dunia. Belum termasuk dialek dan varietas turunannya.  Di negeri kita saja, tahun 2011 terdapat 746 bahasa daerah dari Sabang, Pulau We, hingga Papua.

Singkatnya, ketika menyebutkan satu kata, sangat mungkin kata tersebut sudah ada di salah satu bahasa lain dan artinya ternyata berseberangan. Teman sekolah saya pernah hampir ditempeleng gara-gara bersopan-santun dengan menawari makan orang yang lebih tua di Sumedang dengan ajakan ”dhahar” yang ternyata makna dan rasanya kasar di daerah itu, meskipun sama-sama berarti makan dalam bahasa Jawa.

Bias komunikasi

Dalam komunikasi kita mempelajari adanya gangguan yang dapat menyebabkan pembiasan makna.

Gangguan terdiri dari eksternal maupun internal. Eksternal, boleh jadi karena kebisingan, kesemrawutan obyek, hingga cuaca yang bisa menyebabkan pesan gagal sampai pada penerima pesan secara utuh.

Internal lebih pada isi kepala dan pengalaman. Perbedaan referensi dan pengalaman bisa menyebabkan komunikasi tidak seperti yang dimaui. Perbedaan bahasa adalah salah satu dari perbedaan referensi itu.

Karena itulah, dalam perkembangan peradaban, kita belajar menyesuaikan diri ketika berkomunikasi dengan satu/sekelopok orang, baik ketika menggunakan bahasa verbal ataupun nonverbal.  Masyarakat dunia menyepakati bahasa internasional utama yang masih dipakai hingga hari ini. Fungsinya untuk berkomunikasi ketika pesertanya lintas asal-usul.

Tetapi kalau dari asal yang sama, bahasa sendiri tentu lebih nyaman digunakan. Inilah seharusnya yang dimaksud dengan kemudahan bahasa.

Begitupun dengan pant ... eh, Ass tadi. Kalau kita berkomunikasi dengan bukan penutur bahasa Inggris, pasti salah kita sendiri kalau dalam pikiran terlintas bentuk pantat saat membaca ”Ass”. Karena seharusnya secara otomatis otak kita memberikan sinyal bersuara ”Assalamualaikum”.

Begitu juga dengan “Askum”. Sebelum tau kalau ternyata “Askum” itu “Celakalah kamu” dalam Bahasa Arab, saya memaklumi saja kalau ada yang SMS atau BBM dengan kata tersebut. Dan insyaAllah seterusnya tidak akan memarahi Anda kalau menulis seperti itu dalam SMS ke saya. Semua orang kita tahu itu singkatan. So?

Medium

Kita tidak hidup di jaman medium komunikasi yang sangat minim di mana hanya ada alternatif bahasa tulis melalui batu atau daun lontar. Ada sangat banyak pilihan medium penyampai pesan. Bahkan ketika membaca tulisan ini saja, sudah berapa huruf, kata, kalimat yang tersaring melalui mata sehari ini? Spanduk, billboard, layar ponsel, monitor komputer, televisi, stiker, majalah, koran, .....

Poinnya, kita semakin tidak bisa lepas dari huruf yang terangkai membentuk berbagai makna bahasa. Orang juga cenderung selektif menuliskan huruf dalam aktivitas komunikasinya yang semakin intensif, apalagi komunikasi digital.

Sehingga alih-alih menuliskan Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh yang terdiri dari 39 huruf di SMS, lebih sering menggunakan Ass atau Askum, atau Ass. Wr. Wb. Niat dan maksudnya masih sama. Kecuali di email yang diketik melalui keyboard komputer yang lapang dibandingkan dengan papan , kita masih bisa memberi pengecualian seharusnya mengetik secara lengkap. Atau surat yang ditulis tangan secara langsung, masa sih menulis salam saja diirit-irit?

Jadi, mulai sekarang mari tidak memperumit diri dengan berbagai sikap yang belum tentu benar. Saya teringat Ust. Yusuf Mansur di twitternya @Yusuf_Mansur menjawab kritikan pengikutnya tentang ass-ass-an ini. Jawaban beliau sederhana tetapi cerdas sekali. Kurang lebih: “Bahasa jangan dicampur-campur. Kalau kita ngomong bahasa Indonesia, ya Indonesia, Arab ya Arab, Inggris ya Inggris. Kalau di Indonesia, Ass kependekan dari Assalamualaikum, jangan dicampur dengan Inggris”.

Akhirul kalam, mari jangan mikir pantat melulu mulai sekarang. Dan resapi makna salam dengan indah sehingga bernilai ibadah yang sejuk. Keselamatan bagi Anda, bagi kita semua. Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh... []

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun