mengubah cara kerja
kakek buyut mengangkat kapak
menarik sayap logam gergaji dua orang,
memindahkan kayu
dipotong perlahan dengan tangan
menyusuri arus Sungai Singkil
deras dingin bagaikan es.
perkampungan penebang berada di tanahnya
pertanian di Aceh Selatan
tempat ayah membawaku.
kami menghentikan mobil yang lewat
mengintip ke atas pohon yang menjulang
di puncak bukit barisan
rumah tidak lagi terlihat dari jalan
mungkin sekarang reruntuhan.
kakek buyut masih muda
di tahun-tahun sebelum Perang
bahasa Kade-Kade adalah satu-satunya
bahasa yang ia kuasai,
meskipun pohon-pohon
sebelum ditebang mungkin telah mendengar
bahasa Melayu, Jawa,
Belanda, Jepang, Pakpak, Aceh
dari orang-orang yang bekerja dengannya
memindahkan kayu rimba.
satu-satunya gambaran
yang kumiliki tentangnya,
dia mungkin masih remaja,
tetapi tetap saja jelas telah dewasa,
seorang dewasa.
tak mirip pekerja rimba,
mungkin dagang atau bankir selesa
santai di kursinya
pakaian bagus kaki disilang bersandar,
entah berapa banyak pohon
yang jauhnya dari pohon
yang akan membuatnya terpampang jelas
dalam beberapa baris tulisan singkat
di harian Waspada Analisa
berita kematiannya
tubuhnya memendek,
pekerja mengangkatnya dengan lembut
dari tanah yang masih bergetar.