“Takut ah, nanti kalau dibilang jelek, gimana? Si A aja sih, yang udah sering tampil.”
“Nanti kalau aku maju, trus nge-blank, lupa naskah, gak bisa ngomong, gimana?”
Pernah punya pikiran di atas? Sama. Alih-alih mencoba, yang kita lakukan adalah membangun benteng. Mundur teratur, bersembunyi. Sibuk dengan pikiran sendiri, takut akan sesuatu yang belum terjadi.
Padahal, mungkin saja hal yang kita takutkan itu tidak terjadi. Atau, jika terjadi, kenyataannya tidak semenakutkan itu.
Tapi, bagaimanapun itu, bayang-bayang itu sulit dihilangkan. Padahal, jika kita pikir, sayang sekali jika masa muda ini terlewati begitu saja. Hidup hanya sekali. Masa muda tak akan terulang. Kesalahan yang kita lakukan di masa muda bisa dimaklumi, karena kita masih belum memiliki banyak pengalaman. Anggap saja begitu.
Hilangkan rasa takut akan kegagalan, hilangkan ekspektasi untuk terlihat sempurna. Mulai dulu seadanya. Itulah pesanku pada diriku sendiri. Walaupun yang terjadi adalah satu banding sepuluh pesan itu terlaksana. Tapi ya, lumayan lah, daripada tidak sama sekali.
Mengikuti writing challenge ini juga termasuk dalam usahaku untuk keluar dari rasa takut akan ketidaksempurnaan.
“Memang ada yang mau baca tulisanku?”
“Malu ah, gak ada gunanya juga buat orang lain. Jangan-jangan cuma jadi spam.”
Semua pikiran itu coba ku kesampingkan. Tak hanya melihat keluar, coba kutarik ke dalam diriku sendiri. Apa yang mau kamu capai? Apa tujuanmu menulis setiap hari selama satu bulan?
Belajar mengutarakan ide. Belajar membuat kalimat sempurna. Belajar memperpendek waktu untuk menulis. Oke. Noted. Lanjutkan.
Bagaimana hasilnya? Lihat nanti. Satu kaca kunci, coba dulu.