Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

On The Way, Sebuah Ungkapan Sakti

30 April 2011   11:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13 208 1
On the way atau yang dilebih dikenal dengan istilah OTW tiba-tiba saja melintas terang di benakku sore ini. sebuah kata sakti yang biasa digunakan oleh kaum 'Later' alias tukang telat untuk menenangkan hati seseorang yang sedang menanti kehadiran kita. Umumnya, kata OTW ini dikeluarkan ketika seseorang menanyakan keberadaan posisi kita dan bertujuan untuk meyakinkan bahwa kita sudah dalam perjalanan menuju tujuan dan sudah semakin dekat untuk tiba di tempat yang diinginkan. Tak heran, kaum later ini enggan untuk menyebutkan posisi jelasnya ketika ditanya, “udah sampe mana?”, dijamin mereka tidak akan menjawab pertanyaan itu dan lebih aman menggunakan kata OTW. Semakin besar penekanan penanya tentang posisi kita, “udah sampe mana?posisinya dimana?”, maka semakin besar pula penekanan jawaban “On the way, pokoknya, On the way”. Bahkan, seorang teman dekat suatu kali dengan ringannya bilang "On the way" padahal dia baru saja keluar satu langkah dari kosannya dan butuh sekitar dua jam untuk tiba di tempat tujuan!!!


Saya bisa pastikan bahwa kebanyakan dari manusia Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat Rubber time, pernah menggunakan istilah ini sebagai kata-kata sakti penyejuk jiwa. Entahlah, ini termasuk sebuah kebohongan atau trik belaka, yang jelas saya pribadi pernah suatu kali termasuk kedalam orang-orang yang memanfaatkan makna sakti dibalik kata on the way.
Padahal, secara kebahasaan, on the way berarti sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat dan dipastikan seseorang itu akan tiba tepat pada waktunya alias on time. Jadi, on the way adalah pasangan serasi untuk on time. Tapi koq, kita malah sering menyalahgunakan on the way ini???Entahlah, hanya nenek moyang kita yang tahu kenapa bangsa ini sedemikian rupa dikenal sebagai bangsa yang sering telat, telat datang, telat bangun tapi lebih awal tidurnya.
Memang, setiap kali mengadakan acara internasional dengan beberapa teman asing terutama yang berasal dari Eropa atau Australia, mereka acapkali mengeluhkan ketidak komitmenan orang indonesia terhadap waktu. 30-1 jam belum lah dibilang telat, 2-3 jam baru disebut telat. Sampai pernah suatu kali, seorang teman dari eropa merasa jengkel dan kesal dengan kebiasaan turun temurun ini.
Penyakit ini ternyata juga menjangkit akut di instansi resmi pemerintahan. Suatu kali, saya diundang untuk menghadiri acara launching sebuah konferensi pemuda tingkat internasional di sebuah hotel di kawasan HI Jakarta. Peserta yang hadir merupakan para utusan resmi beberapa kedutaan, tokoh LSM dan wartawan senior Kompas berinisial BS. Acara yang harusnya dimulai pukul 09.00 sebagaimana yang tertulis dalam surat undangan, baru dimulai sekitar pukul 10.30,,Molor PARAH...anehnya, panitia terkesan santai dan cuek saja,padahal tamu-tamu yang diundang adalah orang-orang besar. ..
Ah, Nasibmu on the way, semoga penyalahgunaamu tidak bersifat abadi,,,,,

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun