Waktu menuntun secara perlahan, kini dia yang terlahir telah berusia belasan tahun, tengah menjadi remaja dan akan tidak terasa beranjak dewasa di suatu ketika.
Seseorang itu menjaganya, aku terjaga. Sebab dia laksana permata yang sudah semestinya dijaga sebaik-baiknya. Permata itu sungguh indah, jadi mana bisa tidak mengindahkan dia yang terindah dalam pun bagi hidupku dan seseorang itu.
Pernah, alam bawah sadarku seolah-olah terhenti entah kenapa. Tersenyum, ketika alam sadarku meraihku untuk kembali merasa tersentuh, dan tidak mudah untuk terpengaruh hal-hal yang akan membawaku menujunya buntu.
Betul, mungkin selama ini aku terlalu puitis secara pembawaan diri ketika mencoba memahami ragam situasi, tapi di sisi lainnya aku menemukan keadaan yang sepenuhnya aku menyadari, bahwa perjalanan hidupku tidak mungkin selalu dinamis ataupun melulu romantis.
Aku tau, langit tak mungkin selalu biru. Aku juga paham, ada saatnya aku ini terkapar menghadapi ragam situasi yang lumayan buram. Namun aku juga belajar, untuk tau diri kepada siapa aku akan bisa bersandar.
Aku tau, seseorang itu kadang menggerutu. Aku juga tau, akan ada uji yang sangat mungkin akan jadi serupa friksi atau mediasi dari ragam suasana yang akan dilalui atau belum terlewati olehku, dia, dan seseorang itu selama tinggal bersama di satu tempat yang sama.
Seperti yang terjadi hari ini, saat ini yang adalah detik ini juga. Untung saja bukan situasi yang terkandung friksi, melainkan satu situasi yang aku sangat syukuri.
Semata wayang menyampaikan sesuatu, semata wayang yang masih muda belia memberi tau satu hal yang untukku adalah apa yang sebaiknya aku garis bawahi, mengenai satu hobi yang aku jalani hingga saat ini.
"Ayah, jangan lupa bersedekah." Tuturnya dia semata wayang yang sedikit mengagetkanku.
"Betul ayah, bahkan apa yang tercatat atau yang tertulis ketika itu dibaca orang lain dan menjadi satu wujud manfaat yang bukan hanya untuk kita saja, setauku itu termasuk salah satu bentuk sedekah juga sesuai kadar sanggup yang kita miliki." Tambahnya dia seseorang itu, yang adalah pasangan hidupku.
"Ayah nggak boleh berhenti menulis, aku akan selalu membaca setiap tulisan ayah. Aku fans nomor satu buat ayah sampai kapanpun juga." Semata wayang full senyum, sambil mengangkat tangannya ke udara.
"Kan ayah juga yang sering bilang, bahwa wujud dari cinta yang universal adalah kasih sayang itu sendiri, yang akan bisa dirasakan siapapun yang berkenan merasa, tanpa harus selalu disuarakan biar terdengar." Pungkasnya dia semata wayang.
Aku adalah seorang ayah, untuk dia putri semata wayang. Aku yang harus terus berjuang sekaligus terus termotivasi untuk tidak sampai patah arang, untuk semua orang yang tersayang yang bukan sekadar untuk yang hanya tentang diriku sendiri.
"Sebab aku ini terlahir sebagai seorang laki-laki, mesti sadar akan potensi dan tentu saja harus memiliki nyali level tinggi, guna bisa memberi bukti shahih di apapun situasi yang terjadi." Perang batin kini tengah terjadi, antara aku dan diriku sendiri.
Bandung, Juli 2023