Yang terjadi itulah rezeki, hak yang memang sudah menjadi semestinya untuk dimiliki. Yang tidak terbukti, itulah fantasi ... hanya angan-angan layaknya harapan, yang sama sekali bukanlah kenyataan.
Ketika menurutku kamu itu ada, mungkin menurutmu aku ini sama sekali tidak ada, bahkan sekadar bayanganku saja ... mungkin aku ini hanyalah semu semata dari sudut manapun yang kamu miliki.
Ketika menurutku kamu itu sangatlah menarik, mungkin menurutmu aku ini mana bisa mampu untuk menarik lalu bisa membuatmu tertarik ... toh untuk sebentar saja mencoba melihatku lalu perhatikanku, mungkin kamu tidak akan pernah mau.
Ketika tanpa sepengetahuanmu aku mencoba membacamu, kamu tidak sadar akan itu. Kamu tertuju yang menuju selainku, yang memang adalah niat dan tujuanmu yang tertanam begitu kuat di pikiran juga rasamu itu.
Jadi ... ketetapan hati mesti aku miliki, sebab bukan hanya kamu yang tersedia dalam hidup ini. Jadi ... ketetapan hati yang aku pilih seiring kompromi dari dua sisi hati, sebab bukan hanya dirimu saja yang berada di sanubari.
Kamu tahu ... tanpa ketetapan hati, mana bisa hidup akan jauh lebih berarti. Kamu tahu ... tanpa ketetapan hati, mana mungkin bisa memilih yang sebaiknya menjadi pilihan sebab memang terpilih.
Bandung, Juni 2023