Menjalani alur kehidupan, adalah pengalaman. Kadang mendekati kebablasan, mungkin jauh dari apa yang disebut kebenaran, atau mungkin saja merasa cukup sekadar menjalani, sebab dari tujuan pasti itu yang masih belum juga terdeteksi.
Menjalani alur kehidupan, dilengkapi dengan ragam adegan yang terjadi. Beberapa adegan kadang butuh di dramatisasi, apalagi ketika adegan tersebut ada sangkut pautnya dengan kebutuhan perasaan itu sendiri, sebagai seorang insan yang memiliki hati nurani.
***
Adegan Satu
"Sayang, mohon maaf aku harus pergi." Dewi menyampaikan sesuatu.
"Silahkan, dan tidak perlu datang lagi." Aku jawab begitu.
Adegan Dua
"Tolong ya, jangan pernah hubungi aku lagi!" itu bukan Dewi, beda lagi.
"Baiklah, aku pergi. Salam damai darinya hati." Aku jawab begitu.
Adegan Tiga
"Dia jauh lebih berarti, begitu pandai melayani. Sementara kamu, cuma ngopi dan ngopi lagi." Seseorang berdendang, tapi bukan Dewi kok.
"Yang terbaik untukmu, semangat ya!" aku jawab begitu.
Adegan Empat
"Dari semua yang pernah aku kenal, kamu yang paling tidak tahu diri!" ujar dari seseorang yang membuatku tercengang, yang ternyata bukan Dewi lho.
"Sekian dan terima kasih. Silahkan langkahkan kaki, dan tolong hati-hati ya. Raba hati juga sekali waktu, itu perlu lho." Aku masih konsisten, aku jawab begitu.
Adegan Lima
"Sayang selamat tinggal, aku kini tengah bahagia dengan seseorang." Aku kira Dewi, eh ternyata.. masih saja bukan.
"Luar biasa, selamat ya. Sehat selalu di sana, dan semoga langgeng bahagianya." Entah kenapa?! spontanitas, aku jawab begitu.
Adegan Enam
"Nanti saja ya, kepanjangan soalnya."
Adegan Tujuh
"Belum ada ceritanya, masih dalam tahap sedang aku upayakan nih."
"Eh tapi.. sedari tadi yang aku jawab begitu, bukan hanya Dewi. Dewi yang sebenarnya ada dimana?! duh! Dewi yang mana lagi ini ya?!"
***
Finally.. mencoba memahami seseorang di satu titik buta, aku tentunya tidak perlu memaksa, untuk apa juga hanya menerka, sebab bukankah rasa adalah rasa itu sendiri?!
"Setiap pribadi memiliki hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Perkara akan sekian lama atau tidaknya, itu kan kembali ke diri sendiri sebagai pemeran utama yang mengalami."
Nah kan.. jadi ingat juga nih, seorang teman yang pernah sedikit mengajukan tanya yang kemudian akupun mencoba menjawabnya.
"Memangnya nggak pernah merasa takut kehilangan?!"
"Pernah sih, sering malah.. tapi mata hatiku terbuka lalu menyadarinya, bahwa kehilangan itu adalah salah satu bagian dari alur kehidupan."
"Memangnya menjadi seorang yang pengertian itu sering menyenangkan rasanya?!"
"Nggak juga tuh! hanya saja, ragam kenikmatan itu dengan apapun bentuk dan jenisnya.. kan aku yang  merasakan, bukan orang lain."
Begitulah menurutku. Yuks! jadi seorang yang cukup sanggup pengertian di ragam keadaan. Apalagi tentangnya perasaan, santai saja. Enjoyed this life.
sedikit catatan, 08 Mei 2022