Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Aroma Bisnis di Balik Perubahan Kurikulum

29 November 2012   05:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:29 142 0
Ciat.

Memang hebat para pejabat Kemdikbud. Setelah berbagai kekacauan proyek-proyek yang bisa diambil duitnya pasca tertangkapnya Nazaruddin, mereka tetap ahli untuk membuat peluang bisnis baru di departemen besar ini.

Seperti diketahui, dunia Kemdikbud sedang kacau belakangan ini. Setelah Nazaruddin ketangkap, pola hubungan bisnis dengan DPR dan pejabatnya melalui anggaran jadi kacau balau. Berbagai proyek termasuk proyek besar terkait Dikti, jadi tertunda atau diatur ulang. Sekitar 20-an Rektor juga diperiksa Kejagung atas kasus-kasus ini dan beberapa pejabat kontraktor juga sudah diperiksa, termasuk oleh KPK. Pasti dong tau kalau satu proyek, contohnya, pembangunan medical university bisa sampai 600 M anggarannya.

Di sisi lain, laporan keuangan Kemdikbud tahun 2011 dicap BPK sebagai disclaimer. Dan ini jadi tekanan buat Pak Nuh untuk mengatur ulang pengelolaan internal sekaligus mengacaukan tata cara bisnis di dalam. Semua pihak jadi harus hati-hati karena semua mata sedang mengawasi Dikbud. Praktis semua sedang tiarap, dari proyek DAK, politeknik dan medical-university di Dikti dan sebagainya.

Namun ternyata ada juga cara lain untuk tetap ngatur bisnis. Sudah tau dong kalau bisnis buku terkait pendidikan itu bisnis triliunan. Dan pasti dong ada peluang bisnis kalau buku-buku pelajaran diubah. Nah, cara paling gampang adalah dengan mengubah kurikulum. Kalau kurikulum berubah, ya semua buku dari yang dicetak pemerintah sampai swasta juga harus ganti baru. Tampaknya ini adalah cara bisnis yang berada di balik rencana perubahan kurikulum yang tampak dipaksakan.

Apa indikasinya? Cek aja deh ke dunia penerbitan. Sudah ada buku pelajaran yang siap diterbitkan bahkan perubahan kurikulumnya belum disahkan...:)

Ciaattt!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun