Sang Raja tertegun, lalu dia masuk ke barisan tentaranya sambil mengamati satu persatu tentaranya, “Bapak Tua ini kehilangan kerbaunya di sekitar barak kalian. Sangat mudah bagiku untuk mengetahui siapa yang mengambilnya. Sebelum aku tunjuk dan periksa siapa yang bersalah, mending mengaku saja. Apa hukuman yang pantas bagi pelakunya?” Prajurit serempak berteriak, “Hukum mati!!”
Tak lama kemudian, Sang Jenderal datang sambil membawa kerbau. Sang Jenderal mendekati Si Pak Tua dan berkata, “Pak Tua, aku sudah menemukan kerbaumu. Maaf, aku sudah gagal melatih pasukanku, ini kerbaumu yang hilang Pak Tua.” Lalu si Jenderal itu duduk bersimpuh dan berkata, “Pak Tua, aku memohon ampunan darimu, kau boleh menghukumku Pak Tua. Aku sudah gagal melatih pasukanku, aku mohon ampunan Pak Tua.”
Sang Raja, meskipun kedudukannya begitu tinggi dan mulia, tetapi raja tetap masih mau mendengar dan menyelesaikan keluhan rakyatnya. Jenderal langsung mengambil tindakan dan menyatakan bersalah atas perbuatan anak buahnya, dan langsung berlutut di depan si pak Tua memohon ampun atas kesalahannya, yang telah merasa gagal melatih prajuritnya.
Mungkinkah para pemimpin di negeri kita ini bisa seperti raja dan jenderal tersebut? Jenderal polisi di Indonesia berlutut memohon ampun di depan rakyat, karena malu memiliki anak buah yang suka pungli dan tilang damai di jalanan? Atau presiden yang mau mendengarkan keluhan rakyat dan langsung menanganinya tanpa harus berlama-lama dan memerintahkan menterinya yang mengerjakan.
Yang ada kalau anak buah yang salah, maka tetap dialah yang disalahkan. Kepala/pimpinannya seringkali lolos dari tanggung jawab. Coba lihat menteri-menteri yang ada di kabinet kita. Contoh mudah kalau terjadi kecelakaan kereta api, maka yang harus bertanggung jawab ya si Maman (*human error). Ya memang manusia tidak lepas dari kesalahan Pak Menteri. Tetapi kalau kesalahannya berulang-ulang, keretanya tabrakan lagi tabrakan lagi, itu sama saja dengan tidak mau belajar dari kesalahan.
Kalau saja ada anggota DPR yang mau bersujud kepada rakyatnya, meminta maaf karena telah gagal mengemban tugas menyuarakan suara rakyat. Bukannya memperjuangkan nasib rakyat, yang ada malah korupsi dan main perempuan. Benar-benar telah menodai tanggung jawab dan amanah yang telah diberikan oleh rakyat. Lupa kalau dirinya digaji oleh rakyat.
Mungkinkah..? Mimpi kali yee..