Motif di balik G30S masih menjadi bahan perdebatan, namun diduga kuat bahwa gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan TNI AD yang dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi PKI. Pada masa itu, ketegangan politik antara kubu militer, nasionalis, dan komunis semakin meningkat, dengan Presiden Soekarno berusaha mempertahankan keseimbangan kekuatan antara ketiganya.
Gerakan tersebut gagal dalam waktu singkat. Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad, segera mengambil tindakan dengan mengendalikan situasi dan memulihkan stabilitas. Pada 1 Oktober 1965, Soeharto memimpin operasi militer untuk mengamankan Jakarta dan menghentikan gerakan ini. Dalam waktu singkat, ia berhasil menguasai kembali markas-markas militer yang dikuasai oleh kelompok G30S.
Setelah kegagalan gerakan ini, Soeharto memulai kampanye besar-besaran untuk menumpas PKI. Ribuan hingga jutaan orang yang dituduh terkait dengan PKI ditangkap, dipenjara, bahkan dieksekusi tanpa proses hukum yang jelas. Partai Komunis Indonesia pun dilarang, dan ideologi komunis dihapuskan dari peta politik Indonesia.
Peristiwa ini juga menjadi titik balik penting dalam politik Indonesia, yang mengarah pada jatuhnya kekuasaan Presiden Soekarno. Pada tahun-tahun berikutnya, Soeharto naik ke tampuk kekuasaan melalui Orde Baru, sebuah rezim militer yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade.
**Tokoh-tokoh utama** yang terlibat dalam peristiwa ini adalah Soeharto, Soekarno, Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Suprapto, dan beberapa tokoh PKI seperti D.N. Aidit yang diduga menjadi dalang di balik gerakan tersebut.
**Moral dari peristiwa ini:** Perebutan kekuasaan melalui kekerasan dan intrik politik hanya akan membawa ketidakstabilan dan penderitaan bagi rakyat. Kebijakan otoriter yang lahir dari ketakutan terhadap ancaman politik juga dapat merugikan demokrasi dan hak asasi manusia.