Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

Bu Sutinah, Pejuang Kanker yang Tangguh dari Bromo

3 Agustus 2013   08:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:41 1284 12
  1. Masyarakat dengan mudah percaya kepada orang yang mampu mengangkat benjolan apapun itu, dimanapun tempatnya, asal menurut masyarakat benjolannya hilang maka itu sudah cukup. Padahal, sering kali benjolan yang diangkat tersebut bibit kanker sehingga setiap benjolan yang diangkat harusnya dilakukan oleh ahlinya yaitu dokter bedah agar dapat diketahui jinak atau ganasnya benjolan. Maklum, di desa ini ada memang yang dapat mengangkat berbagai macam benjolan tersebut. Saya sering miris, pasien dari sana menjadi parah dan datang ke puskesmas dalam kondisi sudah sangat amat terlambat.
  2. Masyarakat sering percaya berbagai herbal tanpa mau menunjang diri dengan memeriksakan ke dokter yang lebih berwenang. Memang beberapa herbal konon sudah diteliti dapat mengurangi atau malah mencegah kanker namun alangkah baiknya jika hendak mengkonsumsi herbal tersebut dibarengi dengan kontrol ke dokter untuk tahu stadium kankernya. Karena tidak sedikit masyarakat yang benjolannya makin membesar dan tetap tidak memeriksakan diri. Salah satu pasen di rumah sakit yang pernah saya temui sudah mengkonsumsi beragam herbal dengan biaya besar namun dia mengatakan "memang harus ke dokter". Kan kasian
  3. Masyarakat sering mengira "itu" hanya  "borok" yang nantinya akan sembuh sendiri. Pasien kanker pertama saya di Bromo yang saat ini sudah dalam "penanganan dokter", saya temui pertama kali di rumahnya yang hanya petakan triplek dengan luka berbalut dedaunan. Parahnya lagi, dia bertahan dengan cara itu selama bertahun-tahun termasuk rela (maaf) payudaranya dikerubuti lalat setiap hari. Saya yang melihat pertama kali bahkan tak kuasa menahan miris sekaligus air mata. Kemana aja yang lain kok pasien begini bisa tidak ketahuan, keluarganya pun acuh tak acuh karena konon katanya sudah berobat ke beragam dukun. Weleeeh...bahkan entah sudah diapakan saja borok itu oleh orang-orang sebelum saya. Lagi-lagi, pasien tersebut saya obati luka borok luarnya dengan penanganan intensif selagi menunggu kabar selanjutnya. Lagi-lagi, tidak mendapat kartu kesehatan gratis sehingga harus putar otak.
  4. Penderita kanker sering membuat aturan "pantangan" diri sendiri tanpa berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu. Bahkan Bu Sutinah menceritakan bahwa dia dulu menjauhi semua makanan enak termasuk ikan, daging, telur karena takut amisnya akan membuat nanahnya tambah bau. Wah, salah kaprah sekali pemahaman seperti itu. Jika dia menghindari MSG dan beragam pengawet tentu itu benar. Saya coba jelaskan kembali bahwa penyebab nanah amisnya bukan karena menghindari beragam makanan di atas. Justru beliau harus menjaga badannya agar tidak drop dengan banyak makan makanan bergizi, tentu saja yang sudah tidak ada pengawetnya.
  5. Mitos terakhir adalah "kanker tidak dapat disembuhkan" yang membuat orang dengan kanker (apapun jenisnya) putus asa sebelum berjuang. Memang banyak cerita tentang kanker yang berakhir pada kematian namun seluruh kasus tersebut tidak dapat dilihat sekilas dan harus dianalisis lebih dalam. Salah satu penyebabnya adalah berkembangnya stadium kanker yang cepat dan tidak dirasakan oleh penderitanya. Padahal jika kanker dideteksi lebih dini dengan cara lebih "perhatian" ke diri sendiri maka saya yakin kanker dapat diatasi sebelum menjalar semakin cepat.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun