Perekonomian keluarga yang memperihatinkan membuat saya harus menuntut ilmu dengan perjuangan dan harus tahan banting menyikapi keadaan dengan keterbatasan ekonomi. Saya akan menceritakan keadaan ekonomi keluarga saya saat itu dimana semua harus disikapi dengan kesabaran. Ibu saya berjualan di warung kecil yang barang-barangnya seperti kelapa dan buah-buahan dibeli dari pasar kecil di desa saya dan barang-barang tersebut dibayar malamnya (kurang lebih setelah maghrib) setelah barang itu laku, namun kadang barang itu tidak laku. Saat Ibu saya tidak dapat membayar lunas, Ibu saya sering dimarahi saat pemilik barang-barang itu menagih uang kepada Ibu saya. Alasan tepatnya adalah jika uang barang yang dibeli Ibu itu dikasihkan ke penjual maka saya tidak ada uang untuk ongkos ke sekolah karena sekolah saya di kota sedangkan saya di desa dan pada saat itu ongkos untuk ke sekolah saya seribu rupiah. Ibu saya pernah memberi ongkos hanya seribu rupiah karena benar-benar tidak ada uang lebih untuk dikasihkan saya yang hanya cukup sekali ongkos saja, ongkos pulang saya pikirkan nanti yang penting saya dapat berangkat sekolah dulu.