Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud Pilihan

Optimisme BRICS di Tengah Resesi Global: Benarkah Dapat Mengoptimalkan Integrasi Ekonomi?

28 Maret 2023   09:20 Diperbarui: 28 Maret 2023   09:28 355 2


Pada awal dekade milenium ini, konspirasi yang ciptakan oleh BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) telah menumbuhkan gelar baru sebagai raksasa perekonomian global. Keadaan ini telah berhasil menampiskan opini dunia mengenai repurtasi G7 (Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Prancis, Jerman, Italia, dan Kanada) dimana sebelumnya telah di percaya sebagai kekuatan tunggal yang mendominasi  sistem perekonomian global.  Sudah pasti kondisi ini membuat negara barat semakin geram dengan kehadiran BRICS, karena selalu melakukan desakan terhadap kebijakan negara barat sebagai bagian dari optimalisasi kondisi keuangan global. Tentu, hal itu sudah mengancam kredibilitas negara barat khususnya dominasi Amerika Serikat.

Dari ilustrasi di atas, kemunculan kekuatan baru dari negara berkembang ini telah melahirkan suatu wacana “the West is declining” dan “the East is inclining” dari para pakar ekonomi politik. Lalu, apa yang mendasari wacana tersebut? serta Apa yang melatar belakangi BRICS dalam mempengaruhi hegemoni perekonomian dunia?

Wacana yang telah dicanangkan oleh sejumlah pakar ekonomi politik dunia mengenai “the West is declining” dan “the East is inclining” dilatarbelakangi oleh munculnya pengaruh kekuatan baru di Timur. Hal tersebut bermula dari terminologi penelitian dari Jim O’Neill mengenai BRICS pada tahun 2001. Penelitian tersebut mengindikasikan adanya benih pertumbuhan perekonomian yang kian pesat di beberapa negara yang diperkirakan dapat menyaingi perkembangan ekonomi di beberapa negara G7. Menurut Jim O’Neill, formulasi kenaikan GDP dari negara BRICS dapat menggeser dominasi sistem moneter global, fiskal, sektor riil, sektor finansial, dan kebijakan ekonomi global. Sehingga telah diprediksikan di tahun 2050, hegemoni BRICS dapat merestorasi dan menggeser dominasi G7. Holly Bell, Wilson, dan Purushothaman juga menambahkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menunjang pertumbuhan pesat BRICS yaitu transparansi perekonomian, pendidikan, stabilitas makro, serta institusi fungsional. Kajian tersebut ditinjau dari adanya deteriorasi perekonomian G7 oleh krisis ekonomi global pada tahun 2008.

Mulanya, integrasi ekonomi BRICS mulai menonjol dengan adanya krisis ekonomi global pada tahun 2008. Di saat seluruh negara di dunia mengalami deteriorasi ekonomi, justru BRICS mengalami pertumbuhan ekonomi sehingga dinilai dapat mendongkrak perekonomian global serta mencegah keterpurukan ekonomi global menuju jurang depresi ekonomi. Oleh sebab itu, hingga saat ini BRICS dinilai sebagai kekuatan ekonomi baru pembentuk panorama integrasi ekonomi global sampai 15 tahun ke depan.

Kelima negara BRICS telah berhasil memperkuat sektor riil dan sektor finansial ekonomi domestik. Seperti halnya China, telah berhasil mendobrak pasar global dengan laju pertumbuhan yang dinamis. Brasil dan India telah berhasil menyandingkan perkembangan industri dengan sumber daya alam sehingga mmbawa perubahan sektor ekonomi yang positif. Jika Rusia, lebih memilih untuk memfokuskan integrasi ekonomi nasional pada eksploitasi sumber daya alam seperti gas alam dan minyak bumi. Meskipun tidak memiliki sistem industri yang memadai, Rusia berhasil menciptakan ketergantungan dari Uni Eropa akan emisi gas alam dan minyak bumi yang dimilinya. Untuk Afrika Selatan meskipun secara keseluruhan mengalami situasi ekonomi yang tidak stabil, akan tetapi terbukti secara dinamis telah membuka peluang diversifikasi perdagangan dan meningkatkan akses pasar global.

Dengan begitu, fenomena BRICS memiliki keterkaitan kuat dengan dinamika sistem kapitalisme. Pola peralihan kapitalisme ke dalam bentuk globalisasi perdagangan bebas telah berhasil menciptakan kondisi relasi ekonomi yang cenderung terdesentralisasi. Perdagangan bebas telah mendorong setiap negara untuk membentuk konfigurasi ekonomi politik. Terbukti pada era globalisasi saat ini, telah membaut hubungan tiap negara dalam suatu ketergantungan dan meningkatkan skill kompetitif di bidang industri. Dalam hal ini, BRICS telah terbukti secara strategis membentuk relasi dalam rangka mendorong kemajuan ekonominya di tengah hegemoni barat.  

Kajian di atas, sejalan dengan kemunculan BRICS sebagai bagian dari kekuatan ekonomi global. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai bagian dari konsekuensi dari dinamika ekonomi internal dan kapitalisme. Dalam hal ini, BRICS dinilai positif dalam menunjukkan sistem perubahan ekonomi politik dunia di tengah ancaman resesi global.. Dimana secara ilustratif, sistem komunitas ini telah membawa kebebasan ekonomi global sekaligus menggerus relevansi dari dominasi barat (AS). Lantas, bagaimana BRICS melihat ancaman resesi global yang tengah dihadapi masyarakat internasional saat ini?

Pada dasarnya, sistematika konspirasi BRICS merupakan tanda bahwa dunia saat ini tengah berapa pada simpangan yang terjal. Kontroversi akan hegemoni ekonomi global telah mengantarkan setiap negara pada kondisi yang asing khususnya negara berkembang. Oleh sebab itu, BRICS memposisikan diri sebagai juru bicara negara berkembang dimana hampir mewakili seperlima perekonomian global. Kelima negara tersebut telah dinilai memiliki kualifikasi besar dalam menjaga stabilitas perekonomian global sebagai dampak dari krisis Amerika dan Eropa, meningkatkan perubahan sektor finansial di seluruh dunia, dan berperan aktif dalam dialog antara G7 dan G20. Dengan begitu, BRICS berharap dapat menciptakan kondisi lingkungan internasional yang damai, demokratis, serta memprioritaskan kesetaraan dalam dinamika hubungan internasional pada kondisi resesi saat ini. Sehingga diharapkan dapat mencapai keseimbangan ekonomi global yang demokratis dalam sistem dunia yang multipolar. Lalu, apa yang mendorong optimisme BRICS di tengah gempuran resesi global?

Konspirasi BRICS di Tengah Gempuran Resesi Global

Dari laporan Bank Dunia yang berjudul “Is a Global Recession Imminent“ telah memprediksikan bahwa terjadi resesi ekonomi global pada tahun 2023. Kondisi resesi yang diilustrasikan dengan kondisi perekonomian negara memburuk, produk domestik bruto (PBD) menurun (negative), tingkat pengangguran naik, pertumbuhan ekonomi riil negative ditinjau dari beberapa tahun. Prediksi tersebut terindikasi nyata karena adanya kenaikan suku bunga agresif sebagai upaya merendam tingkat inflasi. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena beberapa faktor yaitu adanya pandemi covid-19, perang Rusia-Ukraina, dan melonjaknya tingkat inflasi. Hal tersebut berdampak pada perlambatan tingkat ekonomi di sektor riil sehingga meningkatkan kapasitas PHK, instrument investasi mengalami penurunan, dan menurunnya daya konsumtif masyarakat. Dengan kondisi tersebut, apakah BRICS tetap optimis di tengah ancaman resesi yang kian menghanyutkan perekonomian di setiap negara? Bagaimana BRICS dapat mengoptimalkan integrasi global?

Kemungkinan terbesar, optimisme tersebut muncul akibat rasa percaya diri BRICS yang telah berhasil mengatasi krisis ekonomi global di tahun 2008. Dengan pengalaman tersebut, kelima negara tersebut meyakini bahwa resesi yang terjadi saat ini tidak jauh berbeda dengan krisis ekonomi yang sukses ditakhlukannya 15 tahun silam. BRICS meyakini dengan sinergi integrasu ekonomi yang diciptakannya, dapat menghindarkannya dari ancaman resesi serta membantu optimalisasi perekonomian global.

Pertama, formula dinamika pertumbuhan ekonomi BRICS ditandai dengan perubahan orientasi kebijakan dan transparansi ekonomi ke dalam titik permulaan yang berbeda-beda. Hal ini yang membentuk karakter BRICS yang sangat cepat adaptasi dengan berbagai kondisi. Kedua, terlepas dari perbedaan tersebut, kelima negara tersebut telah berhasil menghadapinya dengan mengandalkan kekuatan sistem permintaan pasar domestik. Hal tersebut dilakukan BRICS dengan mengalihkan overstock pada pasar internasional ke dalam pasar domestik. Sinergi tersebut terbukti dapat dijadikan fondasi oleh negara BRIC untuk menghadapi krisis ekonomi. Ketiga, BRICS juga berfokus pada orientasi liberalisasi ekonomi di sektor ekspor. Upaya BRICS yang telah memposisikan ekspor sebagai sektor penggerak utama perekonomian. Sehingga fondasi pertumbuhan terbentuk dari adanya stablitas makroekonomi, kapasitas institusional, pendidikan, dan transparansi ekonomi. Keempat, BRIC memiliki wilayah yang strategis yang didukung dengan potensi sumber daya manusia yang melimpah sehingga menjadi daya dorong berjalannya aktivitas perekonomuian yang bersumber pada kapital fisik maupun non-fisik.

Dengan demikian, integrasi ekonomi BRICS saat itu berhasil menduduki peran vital dalam menciptakan kemandirian, benteng dalam menghadapi arus liberalisasi ekonomi, serta membantu merekontruksi stabilitas perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi tersebut, telah meningkatkan permintaan domestik BRIC hingga 29%. Sehingga keuntungan tersebut dinilai dapat menyelamatkan BRIC dari resesi global saat ini. Hal tersebut dikarenakan akan terjadi akumulasi nilai produksi yang mampu menghambat perputaran nilai kapital melalui kekuatan pasar domestik.

Dalam menghadapi resesi global kedepan, BRICS optimis dapat melakukan pemulihan ekonomi dengan cepat karena memiliki potensi untuk mengalihkan hasil produksi ke dalam pasar domestik. Dengan begitu dapat meminimalisir terjadinya stagnasi perputaran kapital dan menjaga kestabilan nilai tukar mata uang. Selain itu, BRICS juga memiliki cadangan devisa untuk menghindari penurunan angka investasi. Besarnya nominal cadangan devisa BRICS, juga menjamin adanya uang cadangan khusus jika terjadi krisis seperti saat ini. Kemoderatan derajat integrasi ekonomi BRICS inilah yang membantu mempercepat proses rekrontruksi dan menumbuhkan perekonomian saat terjadi krisis ekonomi.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun