Beberapa waktu lalu, rencana TNI Angkatan Darat (TNI AD) untuk membeli tank Leopard bekassempat mengundang reaksi Komisi I DPR.Tak tanggung-tanggung, Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanudin menilai tank tersebut tidak sesuai dengan kondisi wilayahIndonesia karena kondisi jalanan di Indonesia yang memiliki daya tahan rendah.
Seperti diketahui, selama tiga tahun ke depan, TNI Angkatan Darat akan mendapatkan anggaran pembelian senjata sebesar Rp 14 triliun. Rencananya sebagian uang itu akan digunakan untuk membeli alutsista buatan Eropa.
Kondisi perekonomian Eropa yang sedang merosot menjadi pertimbangan tersendiri untuk mendapatkan alutsista dengan harga murah. TNI AD menjajaki pembelian alutsista dari negara-negara Eropa seperti Jerman, Italia, Spanyol, Belanda dan Perancis.Dari Belanda, salah satu alutsista yang akan dibeli adalah tank Leopard 2A6 bekas Angkatan Daratnya.
Bila melihat lembar sejarahnya,terakhir kali pembelian tank dilakukan oleh TNI AD di era Orde Baru melaluipembelian sekitar 100 tank Scorpion buatan Alvis, Inggris. Ini berarti sudah sekitar 20 tahun ini TNI AD tidak melakukan pembelian senjatauntuk mengganti tank tempurnya yang sudah menua.Selain Scorpion,beberapa persenjataan tua yang masih digunakan antara lain tank AMX-13 buatan tahun 1958.
Fakta ini bisa menjadi contoh ketertingggalanangkatan bersenjata kita bila dibandingkan dengan negara-negara dikawasan Asia tenggara.Tak usah jauh-jauh, ambil contoh Malaysia. Negeri Jiran ini sudah lama mengoperasikan puluhan Main Battle Tank jenis PT-91 buatan Polandia.
Dengan alutsista tua plus ketinggalan zaman,TNI AD jelas mengalami kesulitan untuk bisa sejajar dengan angkatan bersenjata negara lain. Lebih dari itu, pengoperasian alutsistatuamemilikibanyak kerugian. Dari sisi biaya, jelas tidak ekonomis lagi karena tingginya biaya pengoperasiannya. Juga tingginya biaya pemeliharaan untuk membuatnya tetap bisa “hidup” lebih lama.
Dan yang tak kalah penting adalah faktor keselamatan perajurit yang menggunakannya. Alangkah ironis jika perajurit yang maju di medan laga harus mengalami nasib naas gara-gara alutsista tua yang bikin celaka. Seabreg alasan inilah yang kemudian semakin mempertegas arti pentingnya pembaruan alutsista bagi angkatan bersenjata kita.
Canggih
Dari beragam alutsista yang ada, Main Battle Tank (MBT) atau tank tempur utama bisa dibilang merupakan salah satu unsur penting dalam angkatan bersenjata suatu negara. Fungsinya bisa semakin vital dalam “mengoyak” kekuatan pertahanan darat musuh.
Menilik Leopard 2A6, tank ini merupakan tank tempur utama buatan Krauss-Maffei Wegmann, Jerman. Selama ini Jerman memang dikenal memiliki banyak jurus dalam menggarap alutsista yang dikenal canggih dan mumpuni. Leopard bisa menjadi bukti nyatanya. Tank ini masuk kategori laris dipasaran tank dunia, di luar Jerman dan Belanda, tercatat beberapa negara telah menggunakannya seperti Yunani, Spanyol, Kanada, dan Portugal.
Leopard diawaki oleh empat orang kru yang terdiri dari seorang komandan, pengemudi, juru tembak, dan seorang loader yang bertugas untuk urusan muatan. Leopardmemiliki beberapa kelebihandalam hal daya gerak maupun daya tembaknya.
Dalam hal daya gerak, Leopardmampu melakukan manuver dengan baik dan memiliki mobilitas tinggi meskipun berada di medan yang sangat sulit. Selain itu, tank dengan mesin diesel 12 silinder ini mampu dipacu hingga kecepatan 68 km/jam. Pemakaian mesin diesel juga dikenal lebih ekonomis karena dapat menghemat konsumsi bahan bakar.
Soal daya tembak, tank ini memiliki sistem kendali penembakan canggih yang mampu meningkatkan akurasi tembakan. Dengan sistem penembakan ini, Leopard memiliki tingkat akurasi tinggi sehingga bisa menghindari melesetnya tembakan yang dilancarkan ke arah musuh. Tank ini dilengkapi dengan meriam kaliber 120 mmyang mampu menghancurkan target darat milik musuh. Diluar itu, tank ini juga masih dilengkapi dengan senapan mesin kaliber 7,62 mm.
Kelebihan lainnya adalah pemasangan perangkat lihat malam pada tank yang tentunya mampu mendongkrak kemampuan tempurnya. Maklum, dalam kegelapan malam penglihatan pengemudi dan juru tembak tank jadi terbatas. Maka tak salah jika pemasangan perangkat ini membuat Leopard memiliki penglihatan ekstra sehingga mampu melakukan pertempuran pada malam hari.
Yang tak kalah hebat adalah pemakaianperangkatlaser rangefinder yang berguna untuk menentukan jarak antara target dengan tank. Kemudian penggunaan thermal imaging sight yang mampumelihat variasi suhu yang memudahkan untuk melihat perajuritdan kendaraan tempur musuh yang sedang beraksi dimedan tempur. Hal ini bisa terjadi karena memanfaatkan perbedaan suhu perajuritdan kendaraan tempur musuh terhadap lingkungan sekitar.
Nah, memang hal yang lumrah jika kemudiankelebihandan kecanggihan teknologi ini menjadi salah satu pertimbangan TNI untuk memilih Leopard sebagai MBT-nya. Terlepas dari jadi tidaknya tank itu dibeli. Sebenarnya pembelian tank tersebut merupakan bagian dari upaya TNI AD untuk memodernisasi alutsistanya. Bisa dikatakan pembelian alutsista itu dapat mempercepat tercapainya kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) yang selama ini menjadi kebijakan TNI.