Dan pikiran itu pun datang. Bagaimana jika saat tes aku sudah memberikan yang terbaik, tetapi hasilnya aku tidak diterima di sekolah itu? Lantas angin menyapa halus tanganku yang membuat aku mengusapnya karena dingin. Itu adalah pikiran yang selama ini menghantuiku. Jika tidak diterima, aku akan sekolah dimana? Hanya itu sekolah yang ingin aku masuki untuk meraih mimpiku.
Percikan air hujan mulai membasahi kakiku. Aku membuang jauh-jauh pikiran itu. Biarlah pikiran itu melayang bak daun yang saat ini sedang jatuh karena ditiup angin. Untuk tiga hari ini, aku putuskan untuk mempersiapkan diri yang lebih dan memberikan yang terbaik. glek.. Tegukan terakhir untuk teh sore ini. Baiklah. Aku beranjak dari tempat dan mulai memasuki kamar. Terlihat tumpukan kertas putih yang bertuliskan angka, satu dua paragraf, dan beberapa gambar yang seolah berkata "hey, aku menunggu jawabanmu." Baiklah. Aku mulai menarik kursi dan mulai menulis jawabannya satu persatu.Â