Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Analisis Pengaruh Kualitas Pendidikan Pribumi terhadap Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan pada Zaman Kolonial

3 November 2023   05:21 Diperbarui: 3 November 2023   05:59 111 0
Analisis Pengaruh Kualitas Pendidikan Pribumi terhadap Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan pada zaman Kolonial


Artikel Perkembangan Masyarakat Indonesia

* Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas atau project UTS
* Mata kuliah Development of Indonesian Community
* Fakultas Tarbiyah
* Institut Agama Islam Tazkia
* Auva Rafi Muzakki - 2210308003


Apakah teman-teman mengira bahwa ketika zaman kolonial masyarakat yang sudah bekerja untuk penjajah mendapatkan upah yang besar ? , atau bahkan mendapatkan upah yang cukup ?

apakah di fase kolonial ada orang kaya pribumi ? atau justru sebaliknya kemiskinan yang merata ?

lantas berapa upah mereka bekerja? apakah semua mendapatkan upah yang kecil dan sebagian yang lainnya mendapatkan upah yang besar ? atau justru sebagian mendapatkan upah yang kecil dan sebagian lainnya tidak mendapatkan upah sama sekali ?

mari kita lihat objek pembahasan kita, pada zaman kolonial bukan hanya upah yang menjadi topik utama problematika di kehidupan masyarakat, salah satunya juga pendidikan, kesehatan, sandang dan pangan dan masih banyak lagi berkaitan dengan kemiskinan dan ketimpangan.

sebut saja priyayi salah satu strata menengah ke atas dari golongan pribumi yang bekerja untuk kolonial, Pangreh Raja dihormati dan ditakuti di kehidupan masyarakat skaligus merupakan suatu kelas penguasa yang dikagumi, mereka merupakan wakil-wakil bawahan dari sebuah kekuasaan asing,

dengan demikian pemerintahan Hindia-Belanda tidak mengubah tara cara kehidupan keraton melainkan memasukkan nya kedalam administrasi kepemerintahan kolonial, sedangkan yang berubah adalah hak dan sistem pemerintahan.

satu Priyayi dengan Priyayi yang lainnya juga dibedakan, dinilai dari seberapa kekuasaan di suatu wilayah, dan juga lencana kehormatan memimpin sebuah rakyat, kemampuan berhubungan dengan orang eropa dan juga penguasaan dalam nilai-nilai budaya.

Secara keseluruhan sistem budaya golongan birokrasi atau priyayi itu menyimak kebudayaan "Kraton Yogyakarta atau Kraton Surakarta", sedangkan orientasi ideal golongan birokrat adalah kedudukan dan ekspresi perilakunya adalah :
- kehalusan perilaku
- pengendalian diri
- terlalu sopan
- mistis
- seni budaya unggulannya adalah tari

Penyebaran ciri-ciri tersebut menyebar keseluruh hierarki masyarakat Jawa,

dari ciri-ciri ekspresi dan perilaku diatas menyatakan bahwa pengaruh kualitas cara berpikir, berbudaya masyarakat Indonesia pada saat itu berbeda-beda, sangat sedikit yang mempunyai kualitas, itu dikarenakan pribumi dibatasi dalam hal pendidikan yaitu bersekolah.

bisa kita liat priyayi dan pribumi dibedakan padahal mereka berdarah satu darah bangsa Indonesia,

Golongan Priyayi mengalami perkembangan, apalagi setelah putri-putri mereka mendapatkan sistem pendidikan Belanda , kehidupan Priyayi itu merupakan feodalisme semu yang dipelihara Belanda,

tetapi pengaruhnya ber angsur-angsur menurun setelah banyaknya bangsa Indonesia yang berpendidikan.

mereka tidak mau lagi menginginkan kekuasaan secara tradisional melainkan secara rasional berdasarkan kemampuan.

selain itu di bidang ekonomi pribumi juga di batasi bahkan sekedar berjualan/berdagang di negri ini di kelola oleh asing, untuk mendapatkan keuntungan di bidang ekonomi sangat sulit itu yang membuat pendapatan masyarakat pada zaman itu sangat miris,

karena mereka bukan hanya di bidang administrasi kolonial yang di bodohi dalam pekerjaan tetapi sampai sektor dagang pasar.

Di luar pedagang pribumi ada juga pedagang golongan Timur Asing (China, India, dan Arab) mereka ini sedikit sekali yang bekerja di lembaga-lembaga pemerintahan kolonial,

mereka umumnya pedagang dengan status dan hak istimewa, terutama kemudahan-kemudahan dalam menjalankan profesi, misalnya hak monopoli untuk mendatangkan barang-barang yang dibutuhkan orang Belanda dan masyarakat ,

hak mendirikan badan usaha berupa pabrik, jasa dan perdagangan.

bagi pribumi biasanya hak istimewa tersebut tidak diberikan, karena pemerintahan kolonial menginginkan anak jajahan tetap dalam kondisi kemiskinan dan kebodohan agar mereka menyadari sebagai orang yang berada dibawah penekanan dan dalam keadaan membutuhkan.

Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda golongan pedagang ini, terdapat empat golongan yang berpengaruh terhadap budaya pasar termasuk pribumi, yaitu ;

1) kelompok kecil sebagai pedagang sandang yang relatif mewah, seperti berdagang batik, yang telah dikenal oleh bangsa-bangsa diluar Hindia-Belanda.

2) sekelompok pedagang desa yang semi profesional atau pedagang kota dengan modal yang relatif kecil.

3) segolongan pedagang yang sepenuhnya profesional yang bermula dari pedagang keliling dengan menjajakan kain, barang kelontong, barang dari kulit dan lain lain, biasanya berkaitan dengan orang China.

4) kelompok yang memang orang China yang menyediakan hampir seluruh kebutuhan hidup dan dilengkapi dengan barang-barang impor.

perkembangan selanjutnya dari keempat golongan pasar ini ditandai dengan mengkonsolidasikan ketiga golongan pasar yang disebutkan terdahulu dalam menghadapi kelompok China yang menjadi saingannya.

Baik dari segi modal usaha, tempat dan dari segi profesional.


pada akhirnya masyarakat Indonesia disaat itu tidak mempunyai jalan keluar lain kecuali mengikuti peraturan kolonial dan menjalani nya sehari-hari,

bisa dikatakan kualitas berperilaku, cara berpikir, dan gaya pandang masyarakat pada zaman kolonial terbilang rendah, yang mengakibatkan kemiskinan merajalela tetapi mereka menikmati itu karena mereka juga di sisi lain mengalami kebodohan sosial yang terjadi akibat pendidikan yang kurang,


kita sebagai pemuda dan pemudi Indonesia yang hebat pada zaman sekarang dengan segala fasilitas harus bisa berkembang pesat bahkan mengambil peranan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berdaulat serta bermartabat dihadapan bangsa maupun dunia,

menghargai sejarah dengan cara melihat sisi positif bagaimana semangat para pejuang , bergerilya untuk memajukan Indonesia pada saat zaman kolonial seperti Mohammad Hatta, Achmad Soebarjo, Agus Salim, Raden Ajeng Kartini, Cut Nyak Dien, Ki Hajar Dewantara sampai Bapak Ir Soekarno adalah tokoh tokoh penting dalam memperjuangkan hak asasi rakyat, pendidikan anak bangsa, sampai semangat nasionalis yang membara dibawa oleh orang-orang hebat nan berani seperti mereka dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan khususnya untuk Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun