"Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang (hal) itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah besar (dosa) perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka." (QS Al Kahfi: 5)
Apakah kekuatan menjamin resistensi/kekebalan dari penindasan? Maka hadits Rasulullah yang satu ini perlu dicuatkan lagi untuk meluruskan kesadaran.
"Hampir-hampir bangsa-bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di mangkuk." Seorang laki-laki berkata, "Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?" beliau menjawab: "Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian Al wahn." Seseorang lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apa itu Al wahn?" beliau menjawab: "Cinta dunia dan takut mati." (HR. Abu Daud)
Hadits ini berbicara tentang kondisi umat Islam akhir zaman yang kuat dari segi kuantitas, melimpah memenuhi permukaan bumi. Namun kiranya besaran populasi tersebut tidak bisa mencegah dari penindasan bangsa-bangsa lain.
Kalau sabda Rasulullah tersebut diperkirakan telah berlaku di era ini, maka ketepatannya bisa kita lihat dari fenomena negara-negara Islam yang tak mampu mencegah penjajahan di sekitar kiblat pertama umat Islam. Padahal negara-negara itu punya perangkat militer yang canggih. Namun mereka tertindas, meski tak merasa tertindas. Mereka punya pesawat tempur hebat, namun tak punya nyali besar untuk menolong "tubuhnya" sendiri (sebagaimana hadits Rasulullah: umat Islam layaknya satu tubuh).
Kemudian mari alihkan pandangan kita kepada Gaza, yang oleh seorang Capres dikatakan tak punya kekuatan militer. Sudah 90 hari lebih Israel - negara yang katanya super power - tak mampu menaklukkan perlawanan di sana. Tentara mereka hanya berputar-putar di sekitar Gaza dari utara ke selatan, dari timur ke barat, namun misi yang diemban tak kunjung menemui setitik hasil, hanya buang-buang peluru dan mengosongkan rasa kemanusiaan.
Saya kurang paham, apakah penindasan mensyaratkan tak adanya perlawanan? Di Gaza, justru para pejuang menunjukkan kegigihan mereka dengan nyali yang luar biasa menolak kalah. Tank tercanggih di dunia diledakkan dari jarak dekat, mereka membawa sendiri bom produksi rumahan ke kendaraan lapis baja. Satu bom berharga jutaan bisa meremukkan tank berharga miliaran. Selisih harga itu ditalangi oleh keberanian yang sangat mahal.
Anda bisa bilang Gaza tak punya senjata militer seperti negara lain, tapi yang belum tentu negara lain miliki adalah kecerdasan strategi para pejuang Gaza yang membuat Israel seperti macan ompong babak belur di tengah hutan belantara.
Anda bisa bilang Gaza tertindas, tapi kenyataannya mereka melawan dan memberi pukulan telak. Gedung-gedung di sana runtuh, tapi kendaraan musuh pun remuk dengan peralatan sederhana. "Dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka ketahuilah mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu rasakan, sedang kamu masih dapat mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (QS An-Nisa: 104)
Gaza tak lemah, saudaraku. Gaza tak seperti pihak tertindas tanpa perlawanan. Gaza tak seperti buih di lautan. Jangan underestimate begitu dengan mereka. Jaga pernyataan, jangan sampai terkesan tak miliki simpati dan empati kepada mereka, padahal konstitusi negara kita mengamanatkan untuk mendukung kemerdekaan mereka!