Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Gen Z: Manakah yang Lebih Berdampak Aktivisme Digital vs Abstensi Namun Langsung Turun Aksi?

8 Juni 2024   23:38 Diperbarui: 8 Juni 2024   23:38 38 0
Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, merupakan generasi yang terhubung langsung dengan perkembangan digital dan kesadaran secara sosial dalam beberapa aspek seperti aspek politik. Tumbuh dimana platform media sosial dan internet yang merajalela bahkan menjadi separuh bagian kehidupan dan bersifat integral, mereka tergolong generasi yang aktif dan berhasil memanfaatkan teknologi sosial media seperti Instagram, TikTok, Facebook, bahkan X atau yang dikenal dengan Twitter. Pemanfaatan platform tersebut juga bertujuan untuk penyuaraan pendapat secara digitalisasi dan mendorong adanya perubahan.

Disisi lain Gen Z menunjukan adanya partisipasi aktif dalam aktivisme digital. Namun terdapat perbandingan yang tergolong rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya, sehingga hal tersebut menjadi salah satu fenomena kompleks dan multidimensi yang membutuhkan adanya pendalaman untuk memahami faktor-faktor penyebab yang mendasarinya. Terdapat banyak pro dan kontra juga mengenai sikap menjadi aktivisme digital atau malah abstensi digital dalam rana perpolitikan di Indonesia.

Aktivisme digital yang dilakukan oleh Gen Z memiliki beberapa kekuatan utama seperti, jangakauan yang luas terhadap audiens sehingga informasi yang disebarkan dapat dengan cepat, dan muda bahkan dapat melampaui batas dalam geografis dan demografis yang ada. Mobilisasi kolektif pada media sosial juga menjadi wadah, dikarenakan platform yang saling berhubungan dengan orang lain yang memiliki minat dan nilai yang sama sehingga dapat memfasilitasi organisasi dan mobilisasi aksi secara kolektof. Aktivisme digital memungkin GenZ untuk menyuarakan berbagai perspektif dan pengalaman yang dipunya sehingga terdapat dorongan dalam percakapan untuk lebih inklusif dan represntatif dalam sebuah gerakan.

Namun aktivisme digital juga memiliki beberapa kekurangan seperti, aktivisme yang dilakukan secara online kerap tidak mendapat perubahan nyata terhadap kehidupan asli, konten aktivisme yang tersebar di media sosial kerap hanya dibagikan oleh pengguna tanpa adanya dorongan lebih untuk menciptakan suatu tindakan bahkan advokasi yang berarti pada kegiatan tersebut. Algoritma media sosial kerap menciptakan gema ruang, dimana hak tersebut dapat membuat individu hanya terfokuskan dalam suatu pandangan akan informasi segingga mereka hanya melakukan bias dan polarisasi. Dampak negative yang paling ditakutkan adalah aktifitas yang dilakkan secara online akan rentan terkena cyberbullying ataupun pelecahan, terutama terhadap ungkapan pandangan dan pendapat yang tidak populer atau menentang status quo.

Akibatnya banyak juga Gen Z yang lebih memilih untuk abstain dari gerakan aktivisme digital ini dikarenakan mereka kerap menyaksikan skandal dalam perpolitikan, korupsi, dan kegagalan penanganan pemerintahan dalam mengatasi masalah-masalah penting yang menyebabkan mereka bersikap apatis terhadap institusi dan aktivisme dan meragukan bahwa partisipasi yang dilakukan dapat  membuat adanya perbedaan yang nyata. Gen Z kerap melihat adanya gerkan aktivisme digital yang menghasilkan kontraproduktif, sehingga viralnya sebuah kampanye tidak mengarah pada sebuah perubahan kebijakan yang signifikan melainkan berbanding terbalik yakni, mendapat ujaran kebencian dan trolling, sehingga hal tersebut dapat menjadi pemicu untuk terjadinya frustasi, dan demotivasi yang menyebabkan abstainnya Gen Z dari gerakan aktivisme digital.

Dalam dua kegiatan tersebut baik aktivisme digital maupun abstansi politik merupakan alat penting untuk mendorong perubahan yang positif. Dalam hal ini lebih penting untuk memilih alat yang paling tepat pada situasi dan konteks yang spesifik. Dalam beberapa kasus, aktivisme digital mungkin lebih efektif, seperti ketika tujuannya adalah untuk peningkatan kesadaran tentang suatu isu atau mobilisasi dukungan untuk suatu gerakan. Di lain waktu, abstansi politik secara digital dan dilakuakn secara langsung mungkin jauh lebih penting, seperti ketika terdapat tujuannya untuk mempengaruhi kebijakan atau mengubah undang-undang.

Kunci untuk mencapai sebuah perubahan yang berarti adalah dengan menggunakan berbagai strategi dalam pelibatan berbagai kelompok pada masyarakat. Aktivisme digital dan abstensi politik dan pelakuan aktivisme secara langsung harus dilihat sebagai pendekatan yang saling melengkapi, bukan sebagai pilihan atau alternatid satu sama lain. Dengan bekerja sama, nantinya akan tercipta dunia yang lebih adil, merata, dan berkelanjutan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun