Perubahan signifikan telah terjadi dalam kehidupan manusia dengan semakin canggihnya era digital, khususnya di bidang pendidikan. Namun terlepas dari kemudahannya, terdapat juga kelemahannya, seperti fakta bahwa cyberbullying telah menjadi masalah yang signifikan bagi banyak siswa, terutama siswa SMA di era digital. Menurut UNICEF, pada tahun 2020 kasus bullying terutama di dunia digital terungkap bahwa 45 persen dari 2.777 anak di Indonesia mengaku pernah menjadi korban cyberbullying. Perilaku ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental korban, tetapi juga dapat mengganggu proses pengambilan keputusan mereka, termasuk dalam memilih jurusan kuliah. Penelitian menunjukkan bahwa korban cyberbullying seringkali mengalami kesulitan dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka, penurunan kinerja akademik, penurunan tingkat kepercayaan diri, serta sulitnya membuat keputusan yang rasional. Kebutuhan akan guru BK semakin meningkat dalam keadaan seperti ini. Guru BK dapat berperan sebagai pendamping yang membantu siswa mengatasi dampak psikologis dari cyberbullying, serta memberikan dukungan dan bimbingan dalam menyesuaikan antara minat dan potensi mereka dengan jurusan kuliah yang sesuai. Artikel ini akan membahas secara rinci tentang bagaimana cyberbullying memengaruhi keputusan siswa SMA untuk melanjutkan studi karir tingkat lanjut dan peran guru BK dalam membantu siswa SMA yang mengalami cyberbullying untuk membuat pilihan yang tepat.
KEMBALI KE ARTIKEL