Ustadz Udin duduk sendiri di ujung kursi panjang di teras rumah yang sederhana. Matahari sore masih hangat memancarkan sinarnya, menerangi kepingan-kepingan memori yang menghantui kepalanya. Dia mengenang kedua orangtuanya yang telah mendahuluinya persis di ke-17 bulan Ramadhan. Berdesah dia melantunkan doa untuk mereka. Tak terasa air mata menetes, rindu akan pelukan ibu yang hangat dan ayah yang tegas dan bijaksana.
KEMBALI KE ARTIKEL