Dosen terpahat, mahir berdiri.
Ilmu dan hikmah, cemerlang berseri,
Pahlawan mumpuni, sosok menyembul tiba.
Namun jalanan dunia, tak selalu serupa,
Kenyataan datang, meniti laju harpa.
Bagaikan pinggang rendah, ku tak mampu merona,
Pikiran terkurung, dalam sangkar diri lara.
Kuliah berlalu, dengan pelan merangkai,
Bayangan dosen, terpaut tinggi nan rai.
Namun IPK dan impian, tiada terbawa rasa,
Menjadi dosen, bagai mimpi di padang pasir asa.
Berkas-berkas lamaran, dihimpit was-was,
Takdir berkata lain, dalam perjalanan terhela.
Dosen bagai panggilan, dari negeri permai,
Meski tak terbayang, jalanan bergelora lai.
Pohon kerjaan dan karier, menggoda hingga lara,
Namun takdir berkata, dosen yang setia mendera.
Batuhampar memanggil, Padang nyanyian syahdu,
Dosen menjadi cerita, dalam gugusan awan biru.
Mulai perjalanan, terlukis dalam rentak masa,
Tahap demi tahap, tak henti jalani rasa.
Dosen, terpanggil dalam langkahnya basa,
Seperti permadani merah, dalam tari lepas raga.
Langkah mulus berjalan, ke panggung dosenlah naga,
Administrasi terlewati, tanpa derita dan asa.
Namun balutan rupawan, tak hanya lapis karpet cinta,
Bali dan Manchester, tiga lembar utama sinta.
Inggris memanggil, UMIST berseri paling istana,
Dosen berjalan, jauh ke ujung langit sana.
Pulang membawa sertifikat, tak sejengkal di hati,
Namun ilmu dan pelajaran, harta abadi paling tiada.
Lanjut Malaysia menari, UTM melambai dalam raga,
S2 dan S3 meniti, dengan keluarga ke malaya.
Dosen berjalan, bukan sekadar panggung berada,
Tapi perjalanan panjang, menuju pelangi suci damai.