Sebelum berakhir, aku mendengarmu meregang pedih. Terjungkal dan terjengkang pada ia yang memintal hidup dan mati atasmu. Mengiba pada sarkasme hidup yang ditentukan tidak olehmu. Memarut pasti mimpi-mimpi tentang kemarin, hari ini dan esok. "Aku tahu, kamu tak lagi mampu melewati apa yang pernah kamu yakini".
Maka, sebelum berakhir, biarkan aku mengisyaratkan damai untukmu. Mengamini lingkar waktu yang telah lalu.
"Tenang, tenanglah. Sebab Tuhan tengah memeluk kita".