Sejak KI bujang sampai menikah saya akrab. Bahkan kata dia, dari sekian temannya yang diundang resepsi pernikahannya, yang datang dari wilayah paling jauh adalah saya. Bagi gue sih slow bae, atau jangan-jangan ini bumbu dia saja, buahahaaa.
Tapi sungguh, saya kagum dengan KI ini. Bagi saya ada nilai plus dibanding kenalan saya lainnya. Kami saling kunjung. Menginap di akhir pekan menjadi agenda kami. Dia tanpa beban mengenalkan saya kepada keluarganya; ibunya, bapaknya, kakaknya, suami dan istri kakaknya, tetangganya, dan lainnya.
Ini gila sekali. Zaman semodern gini masih ada orang supel tanpa tedeng aling-aling. Apa KI tidak khawatir ya seandainya saya tiba-tiba berbuat kriminal gitu di rumahnya? Haaa.
Minat dia agak berbeda dengan saya. Ideologi kami juga berbeda. Termasuk jurusan kuliahnya. Tapi ya nyambung. Kami saling mengamati lanskap kota. Meratapi nasib. Sampai memprediksi hal-hal ganjil yang padahal hanya menghabiskan jajan saja.Â