Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen | Di Bawah Tugu Monas

27 Agustus 2019   08:16 Diperbarui: 27 Agustus 2019   08:23 32 3


"Aku harus ke Jakarta. Apapun yang terjadi. Itu sudah jadi tekadku. Atau aku akan sangat menyesal," kataku pada Mei, kekasihku.

Mei menatap mataku. Dia terlihat sangat khawatir.

"Jadi kau akan meninggalkanku," ujar Mei.

Matanya memerah. Sepertinya dia menahan air matanya agar tak jatuh.

"Berapa lama kau akan di sana?"

"Aku tidak tahu," ujarku.

"Berarti benar, kau akan meninggalkanku."

Mei bangkit dari kursinya. Kemudian perlahan menuju pintu. Ia berhenti sejenak. Mungkin menungguku mencegah kepergiannya. Tapi aku tetap pada pendirian. Aku harus ke Jakarta. Besok.

Mei kembali melangkah. Kali ini lebih cepat.

"Mei. Tunggu," kataku.

Mei tak peduli. Dia terus berjalan menuju halaman.

"Mei tunggu. Aku ke Jakarta hanya untuk melunasi janjiku," kataku sembari mencoba mengejar langkah Mei.

"Pergilah. Lunas janjimu. Aku sudah tak peduli. Kau memang egois."

"Mei Aku hanya sebentar. Aku hanya melunasi janjiku. Aku khawatir nanti jika ibu kita pindah maka uangku tak cukup untuk ke sana. Jadi mumpung ibu kota masih di Jakarta. Aku masih bisa ke sana."

Mei melotot. Dia sekan tak percaya akan kecerdikan.  

"Dasar anak IPS," teriaknya sambil tersenyum dan mengusap air mata yang tadi membanjiri pipinya.

Mei terus berjalan. Kali ini ke arahku.

"Kalau begitu pergilah secepatnya. Jangan lupa berfotolah di depan Monas. Aku khawatir nanti Monas juga dibawa ke Kalimantan," ujar Mei ketika jarak kami hanya mentisakan sejengkal.

"Dasar anak IPA, monas itu punya Jakarta, bukan punya ibu kota," kataku.

Kami tertawa. Tertawa ngakak. Ngakak yang so hard.

Dan aku punya ide. Kurasa dia juga punya ide.

"Kita menikah di bawah tugu monas saja," ujar kami serentak.(**)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun