biar sejuta peluku memudar
pada riak yang mengocak bayangmu
Ada kiranya jiwamu tertawan
oleh bayanganku
atau ketakutan yang menelisik pada relungmu
Ketika jiwamu terindra
Lidahku kembali  mengecap rasa manis
Yang pernah ditawarkan mawar
yang berkelebat pada rundukan semak
Namun manismu masih coba kuindrai
meski manis mawar ada masanya
dan begitu juga jiwaku yg perlahan membusuk
kalah oleh waktu
biar derap pelik pelihku mengapak dan mehilangkanmu juga di samudra
Ketika jiwamu terindra
kembali dua rupa yang sama
tertangkap mata
lihat ke dalam!
Cukuplah kamu kuindrai
bagai moksha yang berkalang
merenda keramaian jiwa
yang diam-diam
meneriakan ...
Sunyi!