Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Menginspirasi dalam Diam "Nek Mu"

17 Januari 2015   19:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:56 20 0
Orang biasa memanggilnya MU karena anak dari Mu memanggil beliau begitu. Aku juga ikut ikutan, hanya menambah kata nek sebelum mu. Menjadi nek mu karena dia adalah salah satu nenekku. Orangnya sederhana dan pintar memasak. aku rasa tangannya adalah anugerah terindah karena apapun yang beliau masak akan terasa anak. Apalagi masakan aceh. sie teupeh (daging dipukul-pukul), sie reboh (daging rebus), keumamah (tumis ikan kayu), masak itek (bebek), kuah pliek (kuah pliek), dll bahkan memasak nasi goreng saja enak. Kalau ke rumahnya “pantang pulang sebelum makan enak.” Hahahahaha.
Pernah pada saat lebaran, aku dan keluarga mengunjungi beliau dengan bunda dan paman iparku. Paman selalu semangat saat makan. Kesan pertama saat dia makan adalah “masakan nek mu enak”. Selain masakan berat, beliau juga pintar membuat kue. Kalau lebaran, biasanya mamak sering dapat kiriman kue supet kuet,kembang loyang, atau kue bawang. Tamu yang datang sering tanya “dimana pesan kue supet kuet ini? Renyah sekali”.
Suatu hari aku pernah kesana, sekedar berkunjung saja. Saat itu nek mu sedang memilah m ilih kelapa.”keupeu u nek mu?” (untuk apa kelapa nek mu?”), “Keu peuget pliek (untuk buat pliek).” Pliek adalah makanan khas aceh. terbuat dari kelapa yang dibusukkan lalu diambil minyaknya dan ampasnya di jemur. Pliek bisa digunakan sebagian bumbu utama membuat kuah pliek atau menjadi teman makan rujak. “so ek bak u memang?”(siapa yang naik pohon kelapanya?). “ureung, han ek le dek nong mu ek, wate muda muda keun chit ku ek keudroe”, (orang, tidak sanggup lagi mu ambil, waktu muda dulu mu ambil sendiri). Wow! Aku hanya bisa berdecak kagum. Masalah ini bukan karangan beliau karena ayah dan ibu sering menceritakan hal ini kepada ku sebelumnya. Kata ayah, jangankan pohon kelapa, pohon muelinjo saja bisa di panjat nek mu. Weleh-weleh. Malah dari tetangga aku tau mu juga pintar manjahit. “bek salah, nyan wate muda tem terimong ijai gob lom (ketika muda nek mu malah menjahit baju orang juga)”, itu kata tetangga.
“ini ada ikan dikit”, kata kak lu (anak mu) suatu hari. “acara apa kak?”. “mu pergi sulok, jadi kenduri sikit”. Sulok adalah sejenis pergi ibadah disuatu tempat dengan khusyuk. Selama ini nek mu sering melakukannya. Biasa beliau pergi ketika puasa atau ketika hendak hari raya idul adha. Masalah ibadah, Mu sangat rajin. Puasa senin kamis, tahajud tidak pernah tinggal, dhuha juga. Jika ada pengajian beliau selalu pergi dengan caranya sendiri.
Selain itu semua, beliau juga pemelihara ayam dan bebek. Jika sesekali ayah datang, biasanya kami dihidangkan bebek segar beliau. Setiap pagi dan sore hal yang pertama dan terakhir dilakukan adalah memberi makan ternaknya dan mengeluarkan serta memasukkan kembali ayam dan bebek itu ke kandang.
Yah, begitulah nek mu. Nenek super dengan seribu keahlian. Pintar masak, membuat kue, bisa membuat pliek, menjahit, pemelihara binatang, dan rajin ibadah. Yap, terkadang aku takjud dan terkadang aku malu lada diri sendiri. Karena semua aktifitas itu bisa beliau lakukan tanpa hambatan, padahal beliau tidak sempurna. Allah memberikan seribu kelebihan ditengah kekurangannya. Nek mu hanya memiliki sebuah kaki utuh dan sebuah lagi hanya setengah. Jemari tangannya beberapa menyatu. Tapi, semua kekurangan itu tidak pernah menghalanginya untuk berakrifitas. Untuk berguna bagi dirinya sendiri. Malah menurutku dan menurut banyak orang, beliau amat sangat berguna bagi banyak orang. Jika ada kenduri, beliau selalu datang. “Gerakannya lebih lincah dan cepat dari gerakan orang sehat lain”. Itu kata tetangganya. Sangat ringan tulangnya. Selain itu, beliau juga membesarkan kak lu dan adiknya sendirian sejak kak lu kelas 3 SMP. Sungguh luar biasa. Beliau berjalan dengan kaki yang satu lalu kaki yang sebelah ikut saja, beriringan, sesekali tertatih tapi beliau tidak pernah menyerah. apa yang tidak bisa dilakukan? Memanjat saja beliau lihai. Sungguh keterbatasan tidak pernah membuat beliau diam. lincah sekali. Sedikit kita terlena, piring sudah tercuci, sebentar kita pergi baju sudah tercuci. Menurut ku beliau lebih hebat dari aku yang sehat. Aku Banyak ngeluhnya sedikit bisanya padahal udah sempurna.
Dulu pernah beliau berobat dan di beri kaki palsu. Hanya sebentar digunakan. Katanya lebih nyaman dengan kaki pemberian Allah dari pada buatan manusia, berat. Pernah juga diberikan tongkat tapi biasanya beliau pakai saat berpergian saja agar bajunya tidak kotor oleh tanah. Selebihnya beliau mengandalkan diri sendiri. Sungguh luar biasa. Beliau tidak pernah mengeluh dan tidak pernah minder dengan kakinya.
Namun, tanggal 19 oktober kemarin Allah memanggil beliau dari dunia ini. Setelah sakit selama 8 hari. Membawa sesosok yang luar biasa pergi dari kami. Seorang yang amat sangat menginspirasi. Yang tetap menjadi luar biasa ditengah semua kekurangannya. Kekurangan yang tidak pernah menyulutkan hatinya untuk terus menjadi orang biasa yang menurutku luar biasa. Ah, aku menyesal. Tidak sempat melihat sosok baik itu di akhir hayatnya karena sedang di kampung. Padahal sesaat sebelum sakit beliau sudah berpesan pada kak lu “ simpan sie reboh keu si nong, enteuk pasti di jak keunoe” ( simpan daging rebus untuk dek nong, nanti dia pasti datang kesini). Ah, kasih sayangnya, tak pernah bertepi.
Selamat jalan nek mu, semoga amal ibadah selalu mengalir untuk mu. Jauh dari azab kubur dan jauh dari segala siksaan. Terima kasih telah menginspirasi dan terima kasih telah menjadi nenak baik yang pernah ada.
Yap,beberapa bulan berlalu dan kenangan tentangnya masih terus ada. “hana le yang peuget kemenyan (tidak ada lagi yang buat kemenyan)”, “biasa jih menyoe na beut mu sabe geu jak”, (biasanya kalau ada pengajian mu selalu pergi”, “hana le so mangun mangat bak kahuri tanyoe” (tidak ada lagi yang masak masakan enak di kenduri kita”. Dan kenangan lainnya.
Namun, beberapa orang pernah bermimpi. “alhamdulillah semalam lam lumpo lon meurumpuk nek mu, alhamdulillah ka lagak dan sempurna anggota badan. Geu pesan bak lon, peugah bak si lu bek sedih sedih le” (alhamdulillah semalam saya bermimpi jumpa nek mu. Alhamdulillah beliau sudah cantik, anggota badannya suda lengkap. Beliau berpesan, katakan pada si Lu jangan sedih lagi.
Alhamdulillah. Semoga terus bahagia disana nek mu sayang. Terima kasih untuk inspirasi dan kasih sayangnya dan semoga aku bisa selincah dirimu. Licah tanpa banyak cakap tapi terus berbuat. Tidak untuk sendiri tapi juga untuk banyak orang lain. Loksukon 17 januari 2015.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun