Saya secara pribadi setuju dengan penilaian dua kubu tersebut, artinya seorang pemimpin seharusnya mempunyai kemampuan keduanya yaitu kemampuan komunikasi termasuk saat pidato dan kemampuan bekerja dalam kapasitasnya sebagai seorang Presiden.
Alangkah indahnya jika penilaian dua kubu tersebut ada dalam satu karakter seorang pemimpin tanpa mendahulukan apakah baik Prabowo maupun Jokowi apakah nantinya benar-benar mempunyai kemampuan tersebut.
Saat ini hanyalah masih terlihat kulit luarnya yang mana belum bisa dikatakan apakah Prabowo nantinya memang kinerjanya sebagus kemampuan komunikasinya ketika saat pidato dan apakah Jokowi nantinya memang benar-benar bisa menerapkan apa yang diimpikan para pendukung fanatiknya. Perlu pembuktian nyata untuk hal tersebut.
Di luar kontek tersebut saya ingin mencoba menarik garis merah ke masa lalu atau sejarah Indonesia dimana dikenal dengan adat ketimuran, ramah dan beretika. Jika melihat hal tersebut alangkah indahnya jika Jokowi melakukan hal yang sama seperti Prabowo ketika pidato dengan memberikan salam hormat kepada siapapun termasuk lawannya.
Kenapa saya memberikan catatan tersebut, agar hal ini dapat sebagai contoh bagi generasi muda saat ini kedepan dan semangat demokrasi sopan ber-etika tetap menjadi bagian dari karakter bangsa Indonesia.
Bukan berarti Jokowi tidak sopan dan tidak ber-etika, beliau selama ini sangat “jowoni” yang secara langsung sudah sangat sopan terhadap siapapun dan sebagai orang jawa pasti sangat tau dan mendalami hal ini, tinggal bagaimana serta mau menunjukannya ke publik.
Dari timses Jokowi-Jk yaitu Tjahjo Kumolo mengatakan akan mempertahankan gaya keluguan pidato Jokowi. link terkait
Sangat disayangkan kalau memang benar pernyataan tersebut, dengan masih tidak perlu mempermasalahkan retorika atau menggebu gebu saat pidato atau tetap dengan keluguannya, bagaimana dengan tokoh-tokoh dunia yang pada umumnya mempunyai kemampuan pidato yang baik seperti Presiden pertama kita yang merupakan kebanggaan kita semua termasuk PDIP sendiri partai pendukung utama Jokowi-JK.
Atau kah gaya dan sikap Jokowi pidato seperti itu bagian dari strategi timses nya untuk menarik simpati setelah banyak orang mempertanyakan atau mengkritik atau bahkan membandingkan dengan lawannya. Jika memang seperti itu sangat disayangkan karena bisa menjadi blunder terhadap calon pemilihnya.
Keluguan atau orisinil kemampuan seseorang memang harus dipertahankan selama ini memang baik dan dapat menjadi contoh masyarakat banyak. Tidak ada salahnya jika seperti pengamat di dalam artikel tersebut menyarankan Jokowi agar mengikuti kursus kilat untuk meningkatkan kemampuan pidatonya. Pasalnya, kemahiran dalam pidato wajib dimiliki semua presiden untuk menghadapi dunia global dan memberikan arahan atau semangat saat negara dalam posisi genting.
Saat ini Prabowo dan Jokowi adalah putra-putra terbaik yang terpilih dicalonkan sebagai capres dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Mereka saatnya menunjukan kemampuannya secara maksimal kepada masyarakat agar dipilih terutama seperti saya yang masuk swing voters.
Selamat memilih….