Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Siti dan Mukena

16 Oktober 2012   10:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:46 98 0
"Kakak mau sholat ya..?" tanya seorang gadis kecil berpakaian lusuh saat aku hendak mengambil air wudhu di mesjid yang berdiri kokoh di kawasan terelit Jakarta ini.

"Iya dek. Adek udah wudhu belum?" tanyaku balik.

"Belum kak. Nggak bisa sholat, soalnya nggak punya mukena," jawabnya lirih.

"Adek nggak pinjem di mesjid? Kan ada yang nyediain..," sambungku lagi.

"Nggak boleh kak..soalnya mukena-nya gede semua..," jawabnya lugu.

"Hmmm..kasian gadis kecil ini.. Keinginannya untuk berjama'ah di mesjid ini terganjal hanya karena permasalahan mukena yang ukurannya tidak sebanding dengan umur dan badannya. Apa yang bisa aku lakukan," pikirku mulai memutar otak mencari solusi.

Setelah selesai wudhu, langsung kugandeng tangan gadis kecil itu sambil melanjutkan percakapan...

"Adek namanya siapa?" tanyaku yang hampir saja terlupa.

"Siti, kak...", jawabnya sambil tersenyum manis.

"Siti nanti sholatnya pakai mukena kakak dulu ya. Nanti kita peniti-in mukenanya biar oke. Pasti bisa..", jelasku untuk menyakinkan siti bahwa dia tetap bisa sholat walau mukena yang akan dia pakai juga bukan ukuran yang sepantasnya.

"Oke, kak..", sambutnya semangat karena "terhipnotis" dengan "rayuan"-ku.

Miris memang ketika melihat fakta yang terjadi pada Siti. Di tengah kemegahan kota Jakarta, masih terselip sepenggal kisah seperti yang dialami Siti. Bukan cerita karena tidak bisa sekolah atau cerita karena tidak bisa makan. Bukan! Ini adalah kisah seorang gadis kecil di tengah ke-glamour-an kota Jakarta yang tidak mampu membeli mukena. Mungkin hampir sama permasalahannya dengan kisah anak jalanan yang harus mengamen di persimpangan jalan. Permasalahan atas nama kebutuhan rohani yang tidak tercukupi.

Permasalahan ini bisa dikatakan permasalahan sosial. Atau permasalahan ekonomi. Atau permasalahan hukum yang mungkin jauh hubungannya.

Namun saya menganggap permasalahan ini sama halnya dengan permasalahan putus sekolah atau permasalahan faktor penyebab kematian karena kekurangan gizi. Karena awal dari semua ini adalah faktor keterbatasan perekonomian yang tidak dapat menunjang kebutuhan rohani. Ini adalah sisi lain dari potret Indonesia. Wajah Indonesia yang sedang menjadi "lirikan" negara lain dalam berinvestasi karena kekayaan alamnya yang melimpah-ruah. Wajah Indoensia yang "katanya" tingkat perekonomiannya terus meningkat. Dan wajah Indonesia yang "katanya" pula negara tertata karena segudang peraturannya.

Lihat lebih dekat Indonesia!

Salah satu potretnya sepenggal kisah dari Siti dan Mukenanya...!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun