Oleh : Atep Afia Hidayat - Carilah tetangga sebelum mencari rumah, carilah kawan sebelum berjalan, dan carilah bekal sebelum mengembara (HADITS)
Di antara individu-individu dalam masyarakat selalu terjadi interaksi. Pola interaksi yang terjadi dipengaruhi oleh kondisi psikologis masing-masing dan oleh situasi serta kondisi lingkungan. Derajat interaksi antara individu beragam, antara lain dipengaruhi oleh sampai berapa jauh tingkat pengenalan dan kepercayaan di antara para interaktor. Pada interaksi tahap awal, di mana dua individu atau lebih baru saling mengenal, keterlibatan emosi relatif agak tinggi, karena informasi yang diperoleh atau yang terdapat pada masing-masing interaktor masih minim.
Individu yang satu berinteraksi dengan yang lainnya, terutama disebabkan oleh salah satu sifat manusia, yakni mengelompok atau bermasyarakat. Terdapat individu yang begitu mudah mengelompok, ada pula yang bersifat kebalikannya, sukar berinteraksi, atau kurang humanistis. Hal itu dapat dilihat dari wilayah aktivitas sosial tiap individu. Individu yang memiliki kemantapan dalam ber human relation akan memiliki lingkungan pegaulan yang sangat luas, ia secara agresif melakukan ekspansi, sehingga lingkup sosialnya makin meluas.
Lantas, kenapa terdapat individu yang sulit untuk bermasyarakat? Proses interaksi antar individu sebagai landasan dari human relation meliputi kontak psikologis. Dengan demikian pada tiap individu dituntut semacam kematangan kejiwaan, meliputi kemampuan untuk memberikan perhatian kepada orang lain, dan bukannya mencari perhatian orang lain. Sikap keseimbangan ini akan membukakan diri untuk menerima dan menghargai orang lain, dengan cara menempatkan pada posisi yang wajar dan obtektif.
Jika kita mengkaji lebih dalam lagi mengenai human relation ternyata sangat menarik. Misalnya, kepada si A bisa berkawan akrab dengan si B, sedangkan dengan si C tidak, padahal antara si B dan si C merupakan sahabat, serta ketiganya memiliki peluang berinteraksi yang hampir sama.
Kita ambil contoh pada populasi mahasiswa di lingkungan kampusnya, atau ibu-ibu dalam lingkungan perumahan. Terdapat beberapa kelompok mahasiswa pada sebuah kampus, sedangkan diantara kelompok-kelompok juga membentuk irisan-irisan khusus.
Karena memiliki suatu kepentingan, seseorang dari kota B datang ke kota Y, jaraknya antar kedua kota itu ratusan kilometer, memiliki bahasa dan budaya yang berbeda. Di kota Y orang tersebut tidak memiliki relasi, kenalan, apalagi baraya (saudara). Sudah dapat diduga, apa yang bakal terjadi, antara lain ia harus mengeluarkan biaya yang jauh lebih tinggi untuk tinggal di kota Y tersebut, misalnya untuk biaya penginapan, dan karena sesuatu hal hingga kehabisan bekal, ia akan menggelandang !
Si A baru lulus dari sebuah perguruan tinggi, ia tidak memiliki relasi, kenalan atau baraya yang berkedudukan pada sebuah instansi atau perusahaan. Tentu saja karena minimnya informasi, maka si A harus mengirimkan lamaran kesana kemari dengan cara try and error, maka ia akan menghadapi biaya tinggi, dengan tingkat kepastian yang rendah.
Dalam kehidupan setiap manusia terdapat fungsi human relation, yang jika dikelola dengan baik akan memberikan kemudahan-kemudahan, paling tidak mampu menjawab persoalan seperti contoh kasus yang telah dikemukakan.
Relasi, kenalan dan baraya (RKB) bisa diciptakan dan dikondisikan, kapan saja, di mana saja, dan oleh siapapun. Pada dasarnya tiap manusia membutuhkan manusia lainnya. Kenyataannya didunia ini tak ada seorangpun yang tergolong individualis murni.
Seorang manusia yang terdampar disebuah pulau terpencil yang tak berpenghuni, akan mengembangkan sistem relasi, misalnya dengan lingkungan sekitar. Jadi, karena manusia itu tidak dapat hidup sendiri, maka tuntutan untuk mencari relasi, kenalan dan baraya harus dipenuhi.
Terdapat individu yang sangat cepat melaukan ekspansi untuk menciptakan jaringan RKB. Pribadinya bercirikan hangat, adaptif, agresif, dan fleksibel. RKB menentukan sukses tidaknya seseorang dalam kehidupan. Sungguh seseorang tidak bisa meraih apapun tanpa bantuan orang lainnya.