Oleh : Atep Afia Hidayat - Susana pagi, Rabu, 6 Juli 2011, khusus di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, akan banyak Kompasioner yang bersuka-cita. Horeeeeeeeeeeee, tulisannya muncul di Harian Kompas, khususnya di lembaran Freez Kompasiana, lengkap dengan foto dirinya.
Ya, rencananya Freez Kompasiana, yang merupakan media sosial versi cetak pertama di Indonesia, akan diluncurkan 6 Juli 2011 mendatang. Proyek yang dimotori Kang Pepih Nugraha, Admin Kompasiana dan Redaktur Pelaksana Kompas.com, yang juga bagian dari tugas akhirnya dalam menyelesaikan S2 di Prasetya Mulya Business School, merupakan terobosan baru dalam bisnis media.
Freez Kompasiana memang merupakan gagasan yang cukup kreatif dan agak “gila”, yakni men-cetak-an media online. Padahal arus utama yang terjadi saat ini ialah meng-online-kan media cetak. Untuk sementara,menurut Pepih Nugraha, Freez Kompasiana akan terbit bulanan, Kalau prospeknya bagus dari segi bisnis (terutama pemasang iklan), maka akan terbit sebulan dua kali, bahkan mingguan.
Sambutan terhadap Freez Kompasiana diharapkan datang dari seluruh Kompasioner khususnya, dan pembaca setia harian Kompas pada umumnya. Kalau perkembangannya memukau diharapkan Freez Kompasiana menjadi Koran atau tabloid yang terbit secara mandiri. Mengapa tidak ? Beberapa tabloid sudah dilahirkan harian Kompas, yang pada mulanya merupakan sisipan.
Freez Kompasiana diterbitkan dengan basis penulis warga biasa, bukan jurnalis atau wartawan. Beragam kalangan akan menjadi contributor Freez Kompasiana, mulai dari akademisi, profesional, mahasiswa, siswa, wirausahawan, pekerja, guru, ibu rumah tangga, dan sebagainya. Sehingga Freez Kompasiana akan penuh warna dan dinamika, berbeda dengan media cetak yang didominasi tulisan jurnalis.
Rubrik yang ada di Freez Kompasiana diharapkan lebih beragam, atau minimal seperti yang ada di Kompasiana, mulai dari Berita, Politik, Humaniora, Ekonomi, Hiburan dan sebagainya. Terbitnya Freez Kompasiana seolah menjadi “pelipur lara” bagi para penulis yang selama ini memiliki obsesi untuk menembus harian Kompas, terutama rubrik opini yang ada di halaman 6. Sudah banyak penulis yang terus “berjuang”, bahkan bertahun-tahun, untuk menempatkan karyanya di halaman opini Kompas. Namun apa daya, halaman ini seolah menjadi “angker”, dan hanya dapat ditembus oleh penulis tertentu.
Menurut Pepih Nugraha, ada honor yang akan diberikan bagi Kompasioner yang tulisannya dimuat Freez Kompasiana. Jelas hal tersebut merupakan sebuah apresiasi bagi para penulis, yang selama ini hanya mendapat semacam “kepuasan bathin”. Para Kompasioner akan berbahagia jika tulisannya menjadi “highlight” atau HL, maka akan lebih berbahagia lagi jika mendapat rupiah, meskipun hanya beberapa ratus ribu. J
Ya, sebagaimana salah satu nyanyian dari Bang Haji Rhoma Irama, sekian lama aku menunggu untuk kedatanganmu …. Dst. Semua Kompasinoner sedang menunggu kedatangan Freez. Tentu saja sudah banyak yang menyiapkan “strategi” supaya karya tulisnya muncul di edisi pertama. Nah, siapa tahu foto kita segera mejeng di Harian Kompas, bisa dilihat hamper satu juta orang coy. Wahh bisa mendadak beken tuchh…. (Atep Afia).