Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jika Hasrat Sulit Dibendung

31 Mei 2011   00:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:02 205 0
Oleh : Atep Afia Hidayat - Keinginan itu demikian menggebu, sudah mencapai posisi ubun-ubun. Tidak mungkin untuk ditunda sesaat apalagi diabaikan. Namun apa daya ada kegiatan penting lain menunggu, sudah ada komitmen dengan beberapa orang ditempat kerja. Mana yang harus dikorbankan, hasrat yang sudah meronta-ronta itu, atau acara yang sudah terjadwal ? Itulah kehidupan, terkadang kreativitas itu muncul tiba-tiba, padahal dalam waktu yang bersamaan harus segera berangkat. Lantas, apakah kreativitas itu dimatikan saja atau ditunda. Kalau dimatikan sangat disayangkan, karena produk dari kreativitas itu akan sangat berguna, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kalau sekedar ditunda, ya kehilangan momentum, istilahnya eureka-nya sudah menjauh, pergi entah ke mana, sama sekali tidak bisa menunggu waktu yang tepat. Bagi seorang penulis, seniman atau inovator, memang idea tau gagasan bisa muncul di mana saja, kapan saja, dan pada saat bersama siapa saja. Nah, ketika ide besar muncul begitu mendesak untuk disalurkan. Tentu saja penyalurannya perlu waktu, alat, bahkan sedikit ritual. Untuk seorang penulis misalnya, pagi hari tiba-tiba di kepalnya muncul sebaris ide. Tentu harus segera dikeluarkan melalui seperangkat alat tulisnya. Kalau situasi dan kondisi memungkinkan, maka tinggal duduk di depan monitor, lalu kutak-ketik keyboard, plus segelas kopi hangat, maka sebaris ide itu pun akan beranak-pinak menjadi beberapa paragraph. Nah, persoalannya jika dalam waktu yang bersamaan ada tugas lain yang harus segera dikerjakan dan bersifat penting, misalnya harus segera berangkat kerja, kuliah, dagang, dan sebagainya. Dalam kondisi yang demikian, terjadilah "perang kepentingan" dalam pikiran dan perasaan. Kalau segera menulis, maka datang ke kantor akan terlambat. Kalau segera ke kantor, bagaimana dengan hasrat yang belum tersalurkan. Sebuah dilema memang, namun tetap saja harus tegas memilih satu sikap. Ya, mendingan kalau ke kantor disertai pak sopir, maka yang harus dilakukan tinggal buka laptop dan menulis sepanjang perjalanan. Nah, kalau ke kantornya naik sepeda motor atau angkutan umum bagaimana ? Tentu saja naik sepeda motor menjadi tidak konsen ke jalanan, karena dalam kepala terus berkecamuk ide, gagasan dan kreativitas yang belum tersalurkan. Ide itu semakin banyak, terus menumpuk, malah berkecamuk dan jadi terang-benderang. Itulah ketika seseorang dalam kondisi Eureka, seolah mendapat pencerahan dan penemuan yang tak ternilai. Pada suatu malam, hasrat itu terus disalurkan hingga mendekati titik kepuasan. Huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat per kalimat, dan paragraph per paragraph datang beriringan, terus meluncur, seolah tanpa jeda dan seperti tidak pernah lelah. Sesaat nyaris mendekati puncak pencapaian, tiba-tiba konsentrasi buyar, karena dikejutkan oleh suara .."Pah...sudah jam dua belas malam, harus proporsional donk, jangan menulis terus ..........". (Atep Afia, pengelola PantonaNews.com). Sumber Gambar: http://menjadi-wartawan.blogspot.com/2010/05/upadate-kiat-menulis-untuk-pemula.html

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun