Berikut ini adalah cuplikan Pidato Bung Karno :
Yoo...ayoo... kita... Ganjang... -
Ganjang... Malaysia -
Ganjang... Malaysia -
Bulatkan tekad -
Semangat kita badja -
Peluru kita banjak -
Njawa kita banjak -
Bila perlu satoe-satoe! -
(Soekarno)
Menurut buku sejarah yang saya baca, antara tahun 1962 - 1966, Presiden Soekarno sempat merilis Gerakan Ganyang Malaysia, hal itu dipicu oleh Konfrontasi Indonesia-Malaysia, yang saat itu dikenal  sebagai Konfrontasi. Peristiwa bersejarah bagi negeri jiran tersebut, bermula dari obsesi Federasi Malaysia (di Semenanjung Malaya), atau dikenal sebagai  Persekutuan Tanah Melayu, sekitar tahun 1961 hendak mengakuisisi Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia.
Hasrat Federasi Malaysia tersebut, ternyata tidak  sesuai dengan perjanjian Manila Accord (yang ditandatangani Federasi Malaysia, Indonesia dan Filipina, pada 31 Juli 1963).  Kemauan negeri jiran tersebut ditentang habis-habisan oleh Presiden Soekarno. Saat itu Bung Karno menganggap pembentukan Federasi Malaysia merupakan "boneka Inggris". Menurut Bung Karno, hal itu sebagai kolonialisme dan imperialisme dalam tampilan yang baru. Bagi Republik Indonesia dianggap sebagai  dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dan pemberontakan.
Ya, itu sejarah paling kelam mengenai hubungan Indonesia dengan Malaysia. Nah sekarang jaman sudah berubah. Hubungan Indonesia dengan Malaysia relatif mesra, meskipun masih ada riak-riak dan percekcokan, namun berhasil diredam kedua belah pihak. Indonesia masih bisa menahan diri terhadap beragam ulah "adik serumpun" itu. Bagaimanapun negeri Ipin dan Upin tersebut sudah berbaik hati menampung sekitar 2 juta warga begara Indonesia untuk mencari nafkah di sana.
Ganyang Malaysia dalam konteks politik dan militer sudah usai. Kini konteksnya dialihkan  cabang olah raga paling populer di dunia, sepak bola. Ya, hari Minggu, 26 Desember 2010, Kesebelasan Nasional Indonesia akan berhadapan dengan Kesebelasan Nasional Malaysia di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, dalam babak final sesi pertama Piala AFF Suzuki 2010.  Stadion Bukit  Jalil termasuk sepuluh terbesar di dunia, dengan kapasitas penonton 110.000 penonton, jauh melampaui kapasitas Stadion Utama Gelora Bung Karno, dengan kapasitas 80.000 penonton.
Sudah jelas "pertempuran" dua Timnas tersebut bakal dahsyat, seru dan penuh gengsi. Tim Merah Putih atau Tim Garuda saat ini dalam kondisi puncak dan haus kemenangan, setelah dalam 5 pertandingan sebelumnya selalu mengandaskan lawan-lawannya, termasuk Malaysia. Di Jakarta Timnas Malaysia diganyang 5-1 oleh Timnas Indonesia. Sebuah bekal yang sangat penting, membuat lebih percaya diri, namun jangan lupa diri. Bisa saja di Stadion Bukit Jalil, sebagai kandangnya, Timnas Malaysia lebih digjaya. Apalagi didukung puluhan ribu suporternya yang akan "menguningkan" stadion. Meskipun bertanding di Kuala Lumpur, puluhan ribu suporter Tim Garuda pun akan datang berduyun-duyun, baik yang datang langsung dari Indonesia, maupun dari sekitar negara-negara bagian di Malaysia.
Tidak ada kata lain, ganyang Malaysia ! Itulah misi yang diemban oleh Christian Gonzales dan kawan-kawan. Dalam sebuah wawancara televisi, pemain belakang Timnas Malaysia, Mohd. Muslim bin Ahmad menyatakan, Timnas Malaysia mewaspadai sepak terjang  Christian Gonzales dan Oktovianus Maniani, yang cenderung merepotkan lini pertahanan Timnas Malaysia.
Nah, dua ujung tombak Timnas Indonesia tersebut kemungkinan akan "dikawal" ekstra ketat. Namun, sebagai bomber berkualitas, Gonzales tentu saja punya cara untuk mengakali barisan belakang Malaysia. Â Dengan kondisi yang demikian, partner Gonzales, baik itu Irfan Bachdim, Bambang Pamungkas maupun Yongki Ariwibowo harus siap melesat dan mengeksekusi pada saat Gonzales dibuat "mati gaya".
Stadion Bukit Jalil, Minggu, 26 Desember 2010 begitu bergemuruh. Lautan kuning dan merah (maaf, biru nggak ada ..heheheh) mendominasi seluruh penjuru. Lagu Indonesia Raya berkumandang dengan merdu-nya, membahana dari suara puluhan ribu pendukung Timnas. Dalam saat-saat yang penuh nasionalisme tersebut, diharapkan pendukung Timnas Malaysia tidak bersikap yang memancing "perseteruan", sebagaimana saat ini terjadi di dunia maya. Sepak bola adalah sportivitas.
Namun persoalannya, bagaimana sikap pendukung Timnas Indonesia saat Malaysia bertanding di Jakarta ??? Nah, hal ini harus menjadi pelajaran yang berharga. Ulah penonton atau pendukung Timnas Indonesia yang tidak simpatik malah akan merugikan bagi kesebelasan yang didukungnya. Bravo Sepak Bola, Bravo PSSI, Bravo Indonesia. (Atep Afia).