Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso, menilai bahwa gagasan yang disampaikan oleh ketiga calon presiden hanya bersifat permukaan dan kurang mendalam. Menurutnya, perdebatan terutama terpaku pada seni budaya, sedangkan kebudayaan seharusnya mencakup aspek yang lebih luas, termasuk pola hubungan dalam aktivitas sehari-hari. Bahkan, isu-isu mendasar seperti infiltrasi budaya dan dampak disrupsi teknologi terhadap budaya lokal kurang dibahas secara memadai.
Pertanyaan dari panelis mengenai pandangan terhadap komersialisasi budaya dan dampak destruktif terhadap tumbuhnya kebudayaan yang responsif dibacakan oleh moderator. Prabowo, sebagai calon presiden, berencana untuk mendukung pelaku budaya di semua bidang dengan mengalokasikan dana abadi kebudayaan. Ganjar menekankan peran birokrat dalam memfasilitasi kegiatan budaya, sementara Anies menyoroti pentingnya kebudayaan dalam seluruh sektor pembangunan dan mengusulkan pembentukan kementerian kebudayaan.
Meskipun pemaparan ketiga capres dinilai kurang mendalam terkait isu kebudayaan, Bondan menyatakan bahwa masih ada harapan bagi presiden terpilih untuk mengembangkan peta jalan pembangunan berbasis kebudayaan. Menurutnya, pemimpin tidak harus menguasai semua hal, tetapi harus memahami bidang yang perlu didalami, termasuk kebudayaan.
Kesadaran pemimpin tentang pentingnya kebudayaan dianggap krusial oleh Bondan, dan dia berharap kesadaran tersebut dapat diamplifikasi. Pelaku kebudayaan di tingkat lokal juga menyoroti pentingnya dukungan operasional dan pendampingan teknis agar dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Harapannya adalah agar pemimpin yang akan datang lebih peduli terhadap pelestarian kebudayaan di seluruh Indonesia.