Fenomena politik nasional pasca reformasi, relatif sangat zig zag, penuh dinamikanya. Siapa yang menciptakan gerakan dinamika? Dan untuk kepentingan siapa gerakan itu dilahirkan ? Lalu apakah gerakan gerakan zig zag dan penuh dinamika telah memakan korban ? Siapakah korbannya? Apakah para pemilik modal yang kalah dalam membangun infrastruktur politik dan ekonominya ? Ataukah rakyat Indonesia? Sehingga tidak mengherankan jika Indonesia tidak lagi menghadirkan demokrasi diruang publik, melainkan ruang kleptokrasi.Â
KEMBALI KE ARTIKEL