Fenomena kematian, sempat menjadi perhatian dan kajian manusia modern, atau yang lebih akrab disapa dengan nama ilmuwan. Para ilmuwan, berusaha memcari tahu penyebab kematian yang menyergap ummat manusia didunia. Dan dari hasil penelian yang dilakukannya, diketahui bahwa penuaan dan kematian yang terjadi pada diri manusia terkait dengan terjadinya pembelahan sel sel pada kromosom manusia. Pembelahan sel sel yang dilakukan secara terus menerus akan dapat (lebih) mempercepat hilangnya kemampuan pada detak jantung manusia.
Sebagaimana diketahui bersama, kehidupan modern telah (secara sadar atau tidak) mendorong pola pikir dan pola sikap manusia didalamnya. Dan pola pola itu, telah mendorong sel sel melakukan pembelahan secara signifikan melampaui batasnya, sehingga mengakibatkan daya tahan detak jantung manusia mengalami masalah dan akan berhenti dengan sendirinya.
Hal itu, merupakan hasil temuan ilmu pengetahuan yang membuka celah bagi temuan temuan berikutnya untuk memperkuat atau menyempurnakannya. Lalu bagaimana dengan filsafat dan agama mempersepsikannya ? Apakah memiliki kesamaan, identik, ataukah sebaliknya?
KETERPISAHAN SPIRITUAL
Berbicara tentang kematian adalah sangat menarik jika kita menilik pada kehidupan spiritual seorang perempuan agung, Rabi'ah Al Adawiyah, yang dilahirkan dalam kegelapan dan penderitaan. Ayahnya, adalah seorang penganut Tauhid murni (Sufi).
Fenomena spiritual begitu terlihat dan kental sekali menghiasi dalam kehidupan seorang Rabi'ah. Rabi'ah, yang dilahirkan dalam kegelapan dirumahnya, tak ada lampu dan juga kain bedung. Namun ayahnya, diyakini oleh suara yang mengatakan, bahwa kelak anaknya (Rabia'ah) akan menjadi orang besar, dan akan di ikuti oleh banyak orang. Dan suara itu, membuktikan kebenarannya.Â