Jakarta senantiasa menjadi perhatian publik luas, baik dari daerah maupun negara didunia. Kantor Istana negara dan Balaikota, telah menjadi daya politik nasional maupun global. Banjir di Jakarta, tidak hanya warga Jakarta yang berbicara. Tetapi juga warga masyarakat diluar Jakarta, dan warga negara didunia lainnya, pun ikut berbicara. Bahkan warga yang tak memiliki KTP domisili Jakarta, atau daerah pun mendapatkan dampak yang tak mengenakan dari orang Jakarta, misalnya, seorang petani sayuran membuang hasil panen sayuran ke sungai dan ke jalan raya, lantaran harga beli yang ditentukan oleh orang Jakarta (dianggap) dinilai diluar nalar dan (dianggap) tidak berpihak kepada kepentingan hidup para petani. Dan mereka para petani terancam bangkrut dan miskin akibat kebijakan harga jual-beli di pasar. Belum lagi jika berbicara tentang kebijakan orang Jakarta (pemerintah pusat) yang lebih kepada kebijakan import barang pangan daripada memberdayakan kehidupan para petani, dengan membeli harga hasil panennya yang sesuai.
KEMBALI KE ARTIKEL