Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Menulis itu Mencerdaskan

19 Januari 2014   21:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40 16 0

Judul ini barangkali sedikit menggelitik. Mengapa menulis bisa disebut mencerdaskan? Mungkin demikian orang bertanya. Ya, wajar saja sebab banyak penulis di negeri ini tidak mengenyam pendidikan tinggi hingga sarjana. Bahkan bila sarjana sekalipun, banyak dari mereka bisa menulis bukan karena berasal dari kampus pencetak jurnalis atau wartawan. Ini fakta. Bila kurang yakin bahkan mungkin tidak percaya, saya curiga Anda tidak suka membaca (apalagi menulis) buku.

Ketika sedang belajar menulis -bukan belajar menulis seperti anak sekolah- saat itu pula ide-ide berserakan. Bila tidak segera ditulis atau ditabung ke dalam bank ide, hati menjadi kalut, tangan terasa gatal, dan terbayang-bayang di kepala. Namun, saat ide itu telah menjelma menjadi satu karya tulis, ada perasaan lega, pikiran kembali tenang, dan kebahagiaan lebih terasa di dalam dada. Anda merasakannya? Sebagai penulis, seharusnya hal seperti itu sudah lumrah. Maksud saya, bila ide-ide itu ditulis, maka akan terasa bahwa seseorang itu sedang menelusuri berbagai macam makna ide yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu baru. Nah, semoga itu bisa disebut sebagai bagian dari hidup yang mencerdaskan.

Jadi, bagaimana kegiatan menulis bisa sesederhana itu mencerdaskan para penulis? Teori paling sederhana, bila sudah bergelut dengan tulisan, itu sudah berarti penulisnya mau tidak mau harus banyak membaca. Nah, dari bacaan itulah wawasan bertambah luas, ilmu yang diserap semakin banyak. Maka bertambah cerdaslah penulis.

Saya kira para pembelajar di sekolah-sekolah dan berbagai macam perguruan tinggi di dalam dan luar negeri harus terbiasa menulis. Menulis teori-teori yang disampaikan oleh guru atau dosen. Dengan kegiatan itu, maka menjadi mudahlah proses belajar mengajar. Tentunya juga, tulisan itu berpengaruh besar terhadap pemahaman teori. Bukankah demikian? Hal ini barangkali tidak terbilang rumit sebab semua orang yang pernah sekolah atau pernah kuliah merasakan dampak positif dari proses kreatif menulis.

Bicara tentang manfaat menulis dan membaca itu sudah lazim diketahui. Hanya saja, tidak banyak orang yang menyadari bahwa kegiatan membaca dan menulis itu suatu percumbuan dua buah mutiara yang berpengaruh terhadap kecerdasan. Baca buku, kemudian hasil kaji dari bacaan itu dituangkan ke dalam tulisan. Ramu dengan bahasa sendiri dan permak dengan ilmu pengetahuan lain yang berkorelasi dengan ilmu yang diserap dari buku, hasil kegiatan membaca. Tuangkan semua menjadi karya tulis. Pasti akan luar biasa hasilnya.

Tanya seorang atau beberapa penulis mengenai apa saja yang pernah mereka tuangkan ke dalam karya-karya mereka. Niscaya mereka akan menjawab sesuai permintaan Anda. Itu bukti bahwa ilmu yang pernah ditulis itu tertanam kuat di dalam otaknya sebab ilmunya diabadikan ke dalam karya tulis. Para penulis sangat sulit melupakan teori-teori yang pernah mereka tulis. Itu sebabnya ingatan mereka kuat. Mungkin ini berkaitan dengan kalimat cukup populer di masyarakat, “ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Nah, benar, ilmu diikat dengan tulisan maka bertambah kuatlah ilmu bersemayam di dalam otak. Tentu akan lebih mudah mengingatnya ketika terlupa sebab kita bisa menelusurinya kembali melalui tulisan yang pernah dibuat.

Salah seorang penulis yang membuat saya kagum adalah sosok Hernowo. Hasil kegiatan membacanya dituangkan kembali ke dalam tulisan. Hasilnya? Penulis yang sekarang berdomisili di kota Bandung ini telah menerbitkan berbagai macam buku di usianya yang tidak muda lagi. Pantaskan Hernowo disebut pintar? Ya, saya kira pantas. Apalagi kacamata tebalnya mengisyaratkan itu.

Sudah bisa dipastikan menulis itu mencerdaskan, bukan? Bila masih ragu, maka Anda perlu meng-kaji atau mempelajari kembali berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. Satu di ataranya adalah kecerdasan linguistik atau yang populer di sebut world smart. Salah satu bentuk kegiatan untuk mengasah ketajaman worl smart ini adalah melalui kegiatan menulis. Semoga hal ini bisa memberikan pencerahan.

Simpulannya, bila ingin cerdas dan mencerdaskan banyak orang, maka tidaklah cukup dengan banyak membaca apalagi berbicara. Cobalah menulis, menuliskan hasil membaca niscaya Anda bertambah cerdas dan mencerdaskan banyak orang. Sejujurnya, banyak orang yang telah meng-kaji tentang hubungan antara menulis dengan kecerdasan. Namun, tulisan ini tidak bermaksud mengutip teori-teori mereka.

Tulisan ini saya tulis apa adanya. Ya, apa adanya yang saya pahami tentang manfaat menulis yang saya rasakan selama ini. Menulis itu mencerdaskan. Menulislah!

Demikian dan semoga bermanfaat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun