Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Cerita tentang Lelakiku

21 Desember 2010   03:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:33 142 2
Malam ini sebelum tidur, ingin aku bercerita padamu.Tentang lelaki yang kini menjadi lelakiku.

Mungkin kau akan heran, mengapa ia yang terpilih. Mengapa bukan lelaki lain, yang pernah kau kenal atau terlihat bersamaku. Tak perlu heran atau bingung, hari ini akan kuceritakan padamu, tentang lelakiku itu.

Hari ini sembilan tahun yang lalu, kami berdua menghadap penghulu bersama dua orang saksi dan kakak kandungku sebagai waliku. Masih terbayang dalam ingatanku bagaimana hari itu, bagaimana tangisku pecah karena terharu bercampur bahagia sekaligus terkenang pada almarhum ayahku. Saat duduk bersamanya di sebuah kursi ditengah ruangan, teringat aku akan caranya memintaku menemaninya menjalani hidup.

Ya, dia mungkin bukan lelaki istimewa untukmu. Tak seganteng Brad Pitt, tak sesholeh  Azzam dalam ayat-ayat cintanya kang abik, tak juga sekaya pangeran cendana. Tidak semua. Tapi karena itulah dia begitu istimewa bagiku.

Tak pernah ditawarkannya padaku kebahagiaan dunia  yang gemerlap, tak juga dimintakan padaku untuk menjadi sosok perempuan sempurna baginya, tak juga dijanjikan padaku romantisme cinta berselimut keindahan. Tak pernah ditawarkan semua itu padaku.

"Maukah kau menjadi istriku?"

Hanya itu pintanya padaku, tanpa syarat dan tanpa janji penuh romantisme. Bahkan aku hanya terkesima mendengarnya.

Ya, mendengarnya. Karena ia memintaku saat jarak kami berjarak ribuan kilo dan terpisah lautan.

Begitu yakin ia datang pada kakak dan ibuku, untuk memintaku menjadi  pengantinnya. Begitu mantap ia memilihku, tanpa pernah meminta syarat padaku.

Dan setelah semua sumpah atas nama Tuhan yang terucap hari itu, semua mulai berjalan.

Seperti apa adanya, sekali lagi kukatakan padamu, tak ada syarat yang dimintanya.

Tak pernah kudengar dari mulutnya, cela akan penampilanku. Tak pernah terlihat olehku, kecut wajah karena tak karuannya masakanku, tak pernah ada keluh darinya atas kerewelan dan kecerewetanku.

Tak lama setelah hari itu, akupun mengandung. Dan lagi-lagi kesabaran yang hadir menemaniku. Kuingat tangisnya yang tak sengaja terlihat olehku, saat dalam kondisi perut yang mulai besar aku sakit. Betapa aku terkejut. Begitu berartinya kah aku untuknya, sampai air mata itu menetes?

Badai yang datang satu demi satu, bahkan nyaris memporakporandakan biduk kami, membuat pegangan tanganku padanya lebih erat. Tak ingin kulepaskan pegangan itu walau hanya sedetik. Dan genggaman tangannya, membuat aku tak ragu, bahwa kami bisa melewati badai itu bersama.

Saat orang ketiga itu hadir, malaikat kecil kami. Aku semakin yakin, bahwa cinta memang hadir diantara kami. Kekuatan yang terkadang bahkan tak pernah kuduga sering hadir saat-saat sulit menghampiri. Dukungan demi dukungan selalu ada saat hati terjajah, semangat selalu dipompakan saat asa nyaris lenyap.

Mungkin kau bertanya-tanya. Begitu sempurnakah?

Tidak.

Kami tetaplah mahlukNya. Tak ada yang sempurna dalam jiwa dan raga kami. Amarah kadang hadir diantara senyum dan kemesraan. Tapi bukan amarah yang menghancurkan, bukan pula amukan yang memporakporandakan.

Yang sering hadir adalah amarah yang tak membuat rasa menjadi hambar, membuat padang tak menjadi gersang, dan membuat hujan menjadi anugerah yang menyejukkan.

Dia memang lelaki biasa, yang tak pernah menawarkan apapun. Tapi aku bahagia karena dia hadir untukku, seorang perempuan biasa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun