Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Ketika Niat Menjadi Nafas Hidup Manusia

28 Agustus 2010   04:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:39 107 0
Sebagai manusia, terlahir sebagai Muslim adalah sebuah Anugrah pertama yang aku terima dari Tuhan. Sejak SMP, aku selalu memperbaharui Keimananku yang pastinya mengalami pasang surut. Dimulai tak pernah meninggalkan Sholat lima waktu, dan mulai belajar Puasa Senin Kamis ketika SMA. Aku bahkan selalu melibatkan Tuhan dalam setiap gerakku, ketika aku hendak memutuskan sesuatu dan ketika hatiku bimbang tak karuan. Setiap tahunnya aku mengalami pembenahan dalam diri yang kurasa secara pribadi sih semakin baik, tapi justru di saat semuanya telah semakin membaik, aku justru merasa seperti ada yang kurang, seperti ada yang terlewati..

Seperti lagunya Opick, Obat hati itu ada lima perkara, yang pertama baca Qur'an dan maknanya. Aku selama ini jarang sekali membaca makna Al Qur'an, hanya tadarus biasa. Kurang lebih dua pekan sebelum datangnya bulan Ramadhan, aku mulai membaca Al Qur'an dan maknanya, Alhamdulillah surat apapun yang aku baca, seperti ada Ilmu baru yang aku dapat. Mungkin surat itu sudah beberapa kali aku baca, namun toh aku tetap merasa menemukan sesuatu yang baru, Ilmu dan pengertian baru. Menjelang detik - detik Ramadhan, aku berniat untuk jauh lebih baik lagi, sebagai Hamba-Nya, sebagai anak, sebagai manusia lah yang jelas.

Niat itu aku sampaikan di hati pada Tuhan dengan begitu personal. Aku ingin Ramadhan ini berkesan lebih dari sebelum-sebelumnya. Aku yakin sesuatu yang disampaikan dari hati, Tuhan akan merespon dengan cara yang terindah. Aku punya sedikit pengalaman belum lama ini, mungkin sekitar setengah tahun yang lalu. Saat itu, aku merasa kebimbangan, kekhawatiran yang cukup hebat. Bekerja gak konsen, mengendarai kendaraan pun gak konsen. Sholat cuma sekedar lewat saja. Suatu siang, ketika hendak melaksanakan Sholat Dhuhur, aku melihat keran air dengan perasaan tak karuwan, aku berniat dalam hati "semoga air wudhu akan membantu menenangkanku hari ini". Aku begitu menikmati semua proses dalam berwudhu. Mulai dari air yang membasahi tangan hingga terakhir sampai pada kedua kakiku. Rasanya berbeda, Seperti mengkuatkanku untuk berkomunikasi pada Tuhan melalui sholat siang itu. Aku pun menikmati setiap gerak sholatku meski tak khusuk karena dibubuhi kegelisahan dan ketakutan. Namun disaat Sujud Terakhir menjelang tahiyat akhir, Tuhan seperti mengambil beberapa persen gelisahku, tiba - tiba saja aku sadar kenapa aku harus takut, kenapa aku harus gelisah, kenapa aku harus bimbang bila aku percaya pada Tuhan. Aku berdoa hanya mohon diberi ketenangan saat itu. Rasanya sungguh membaik walau masih belum mampu konsen.

Saat sholat Ashar, aku masih memohon ketenangan. Saat pulang kantor, melihat langit yang merah menjelang Maghrib, aku merasakan adanya respon dari Tuhan. Sampai di rumah, saat mengerjakan Sholat Isya' aku mulai memohon solusi. Saat sholat Malam, aku bicarakan semua, aku ungkapkan semua pada Tuhan, begitu personal seperti hanya ada aku dan Allah saat itu. Besoknya, aku mulai membaik, dan mulai mampu kembali normal. Bagiku, ini sangat cepat. Tak hanya ketenangan, tapi sebuah jawaban pun tak lama kemudian aku dapatkan. Jawaban yang menenangkan sekaligus menyenangkan, hanya sekitar 3 hari saja sebuah masalah yang besar berhasil mendapatkan jawabannya, Subhanallah..... Hanya berawal dari niat sebelum berwudlu untuk bisa menenangkan hati justru membawa pada solusi :)

Sejak itu, aku yakin tiada Tuhan selain Allah, dan tiada daya dan kekuatan selain daya dan kekuatan Allah. Kini, ketika merasakan kekosongan itu, Tuhan juga menunjukkan padaku "Bacalah Kitabmu". Ketika niatku untuk berubah menjadi baik pun begitu aku nikmati. Biasanya aku kesal kalau harus berurusan dengan pengendara yang seenaknya di jalan, mulai dari angkutan umum yang jalan dan berhenti seenaknya, pengendara yang belok ga pake rating/lampu sen, sampai kendaraan - kendaraan yang ga mau ngalah. Biasanya sih, aku bakal kesel dan setengah ngomel - ngomel dalam hati, tapi ketika aku ingat kalo aku puasa, aku langsung Istighfar dan hilang sudah emosinya, untuk beberapa perkara lain juga begitu. Alhasil, Ramadhan kali ini menghasilkan Astrid yang lebih sabar, ya at least ngomel - ngomel ga jelasnya uda mulai berkurang :D

Di keluargaku, kita gak pernah pake pembantu. Dan biasanya aku membantu mama kalo hari minggu aja seperti ngelap perabotan, nyapu, bersih - bersih kamar, ngepel, nyuci piring, atau membantu membilas cucian kalau mama pas lagi nyuci baju. Tapi sekarang, setiap hari sehabis sahur aku mencuci piring tanpa diminta mama dan beberapa pekerjaan lain yang jarang aku kerjakan setiap hari mulai rutin aku kerjakan setiap hari, hanya dengan membantu saja aku justru bertambah sayang sama mamaku, aneh juga sebenernya, ternyata hanya dengan memperingan kerja seseorang bisa menambah kasih sayang kita pada seseorang tersebut. Itu manfaat Ramadhan kedua yang aku rasakan sejauh ini, semoga ada banyak manfaat Ramadhan lagi yang bakal aku rasakan di sisa Ramdhan yang ada. Semoga apa yang aku rasa masih kurang, kosong dan hampa suatu hari tidak lagi kurasa.

Oh ya, Awal Ramadhan saja aku sudah dapat hadiah Ramadhan dari Tuhan. Sebuah do'a yang sangat penting buatku dikabulkan di Malam Pertama Ramadhan, semua urusanku dan rencanaku pun dimudahkan dan dilancarkan, Alhamdulillah. Semua memang berawal dari niat..dari hati..sekedar Ibadah saja mungkin belum maksimal, tapi dilengkapi dengan niat , sesuatu yang berat rasanya, ternyata bisa juga dijalani, kadang merasa tidak menyangka juga kalau kita toh bisa menjalaninya. Tapi itulah kenyataannya, kekuatan niat memang luar biasa. Apalagi kalau niatnya lillahi ta'ala, rasanya beda banget :) Semoga kita tidak membiarkan Ramadhan yang Suci dan Indah ini berlalu sia-sia begitu saja, semoga kita dapat memanfaatkan kesempatan luar biasa ini, InsyaAllah....amin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun