Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Menang Tanpo Ngasorake...

12 Maret 2014   20:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 720 13

27 February 2014 06:15:26 Aridha Prassetyo menulis : “bagi yang masih terjebak dalam pendikotomian kalah menang, memang masih penting untuk memperdebatkan diktum tsb,
tapi bagi sedikit yang sudah melampaui dualitas,kalah menang tidak lagi penting.”Demikian ditulis komentar dibawah tulisan Rekan Nararya tentang adagium “Mengalah untuk menang.”
http://filsafat.kompasiana.com/2014/02/27/mengalah-untuk-menang-itu-ibarat-morfin-bukan-obat-635899.html.Sementara saya sendiri mengemukakan sebagai komentar disana kata kunci lain yaitu bahwa : solusi bisa diproses, dan obat bius bisa digunakan sebelum operasi, manakala kita memang dihadapkan pada permasalahan harus kalah atau menang. Disini bukan akan membantah apa yang menjadi persepsi siapapun juga, tetapi mau mencoba mengupas sedikit perihal pemaknaan sebuah adagium.

Adagium sebenarnya adalah semboyan, pepatah petitih yang kita ciptakan sendiri. Kata mutiara kata hati, petunjuk sederhana muliti purpose. Kebijaksanaan yang kita temukan dari pengalaman hidup, penghayatan atas sebuah langkah bijak relevan dan signifikan efektif, yang anda rumuskan sendiri untuk pedoman kedepan. ( atau contoh : Adagium Pule di Bali vide : http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailrubrik&kid=1&id=8036 ) Dalam pembahasan kita disini mungkin lebih tepat kita pergunakan kata pepatah atau pepatah petitih. “Ada pepatah petitih orang tua :‘Bila anda menanam padi maka rumputpun akan dapat, namun bila anda menanam rumput padi jangan diharap,…..’,”tulis Pak Thamrin Dahlan sebagai komentar ditulisan saya‘SMS Masuk Hari In’ beberapa hari lalu.( http://lifestyle. kompasiana.com/catatan/2013/10/ 21/sms-masuk-hari-ini-602545.html)Pepatah petitih itu dizaman sekarang sudah sangat kurang dikenal. Itu sebabnya saya menyinggung perihal adagium: itu dimaksudkan bahwa pepatah petitih itu dapat digunakan sebagai acuhan praksis keseharian dengan persyaratan. Tetapi jangan sampai ada pemaknaan yang justru mengacaukan keseluruhan pepatah petitih itu. Pengambilan makna yang serampangan membuat kekacauan pemaknaan. Latar belakang dan persepsi kini terhadap ucapan pepatah petitih itu perlu ada penyesuaian bila mau dipakai sebagai adagium. Bila sekedar membuat kritik saja silahkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun