[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Baliho bergambar resleting Garuda – sumber foto: Istimewa"][/caption] Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei 2015 kemarin, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memasang sebuah baliho berukuran 13 x 4 meter di gedung Gubernuran Jawa Tengah di Jalan Pahlawan Semarang. Namun, baliho tersebut segera menuai protes dari banyak pihak karena menampilkan gambar Garuda sebagai gantungan resleting dengan latar belakang merah putih dengan tulisan “Bangkit! Merawat Indonesia. Selamat Hari Kebangkitan Nasional” dan di bagian bawah terdapat logo Pemprov Jateng dan 107 tahun Kebangkitan Nasional. Protes atas penggunaan simbol Garuda dalam bentuk resleting disuarakan Kodam IV Diponengoro dan Kodim 073 BS/Semarang yang menganggap hal tersebut sebagai pelecehan lambang negara. Selain itu Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jateng Bambang Wuryanto menyebut Pemprov Jawa Tengah tidak boleh main-main dengan lambang negara, dan menggunakan simbol Garuda sebagai resleting merupakan kreatifitas yang keliru, bahkan dinilai sangat fatal. Karenanya, Bambang mendesak Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai pimpinan tertinggi di Pemprov meminta maaf dan menjelaskan hal tersebut. Sementara itu, dikutip dari MetroJateng.com, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menolak tegas tudingan pelecehan lambang negara pada baliho Pemprov dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Menurutnya, resleting garuda adalah simbol perekatan Indonesia. Meski tidak mengerti pada pendapat yang menyatakan baliho itu bentuk pelecehan lambang negara, Ganjar setuju baliho itu diturunkan. Sebab ia menghormati pendapat khalayak dan mencegah kontroversi meluas ke arah yang tidak substansial. Akhirnya, baliho kontroversial itu pun diturunkan oleh Pemprov Jateng pada petang harinya. Kepala Biro Humas Setda Provinsi Jawa Tengah Sinoeng N Rachmadi menyebut baliho tersebut dibuat untuk menyambut Harkitnas dan tidak diniatkan untuk melecehkan lambang negara. “Sungguh kami sangat menghargai apresiasi masyarakat, ke depan kami akan lebih berhati-hati dalam menggunakan lambang-lambang negara,” ungkapnya. Bagaimana tanggapan publik, khususnya netizen Indonesia atas baliho dengan gambar Garuda sebagai resleting yang dipasang Pemprov Jawa Tengah ini? Simak rangkuman redaksi Eveline berikut. Pemantauan dilakukan terhadap perbincangan di media sosial, khususnya Twitter selama periode 20 – 24 Mei 2015, di mana terdapat total 1.571 tweet memperbincangkan baliho bergambar Garuda sebagai resleting. Mayoritas netizen memprotes penggunaan simbol negara tersebut dalam desain baliho yang dinilai melecehkan. Netizen sebagian besar menunjuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas hal ini. Sementara itu, sebanyak 964 tweet disuarakan netizen yang mendukung protes dari TNI, khususnya Kodam IV Diponegoro atas pemasangan baliho dengan gambar Garuda sebagai resleting. Netizen melihat TNI sebagai pihak yang selama ini konsisten memperjuangkan nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan. Paska penurunan baliho tersebut dan kemudian diganti dengan baliho baru bergambar PNS dengan tulisan Mboten Korupsi dibicarakan netizen lewat 426 tweet. Pelajaran untuk kita semua, menjadi kreatif adalah baik, namun jangan sampai kebablasan melecehkan simbol-simbol negara. *** sumber:
http://eveline.co.id/politik/gubernur-jateng-ganjar-pranowo-diprotes-netizen-gara-gara-resleting-garuda/
KEMBALI KE ARTIKEL