Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Gaya Ahok Mirip Polisi India

1 Oktober 2013   19:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:08 1558 3

Mendengar nama Inspektur Vijai mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Yah, dia adalah tokoh polisi di beberapa film India pada era 80-an. Anda mungkin tidak pernah lupa dengan gayanya, dengan seragam polisi bersenjatakan pistol revloper 6 peluru dan dilengkapi dengan mobil jeep willyz tahun 60-an. Seluruh aksesoris tersebut melengkapi ketampanan sosok Vijai yang dibintangi oleh Amitabh Bachchan. Dia menjadi idola berkat aksi-aksinya menumpas komplotan tuan Takur. Walaupun kadangkala penonton harus kecewa, karena Inspektur Vijai datang terlambat.

Sosok Bazuki Tjahaja Purnama atau Ahok tentunya tidak sama dengan Inspektur Vijai. Selain zamannya, problem yang dihadapi Ahok dan Vijai pun jauh berbeda. Namun berbeda halnya dengan film “SINGHAM”. Bagi yang belum pernah menonton, film tersebut cukup menginspirasi anda tentang bagaimana menjadi aparat yang sejati. Film yang dirilis tahun 2011 ini mungkin tidak begitu populer di tanah air. Karena memang setting dan alur ceritanya sangat jauh dari tema percintaan yang cengeng lagi lebai yang menjadi kriteria film idola di Indonesia. Film yang dibintangi oleh Ajav Devgan dan Kajal Aggarwal ini menguak beberapa fakta tentang lemahnya peran aparat di India sehingga menjadi ruang yang menganga bagi para premanisme dan politisi busuk.

Rohit Shetty sutradara film tersebut memahami betul bahwa lemahnya aparat pemerintah tidak hanya terjadi di India, akan tetapi sudah menjadi virus ganas yang menjangkiti hampir di setiap negara. Mungkin karena tema yang universal tersebut, film Singham meraih sukses besar pada bulan juli 2011. Singham menjadi salah satu dari empat film bollywood yang meledak dipasaran.

Walaupun film tersebut sudah cukup lama, namun di Indonesia saya baru merasakan film tersebut menjadi realita. Ruh Inspektur Singham seolah-olah menjelma disetiap kepribadian Ahok. Meski hanya sebagai pendamping Jokowi dalam membangun Jakarta, peran Ahok cukup signifikan. Jika Jokowi berhasil membangun rasa cinta masyarakat terhadap pemerintah, Ahok mampu memposisikan pemerintah DKI Jakarta sebagai pemerintah yang disegani. Bahkan baru-baru ini, Ahok terang-terangan menyatakan tidak takut mati untuk membangun Jakarta. Pernyataan tersebut membuat saya tersentak! Ditengah maraknya kasus korupsi kepala daerah dan pejabat negara yang berdampak sistemik (kematian) kepada rakyat. Ahok justru mempertaruhkan nyawanya untuk membangun Jakarta. Pernyataan tersebut menjadi pil penawar rindu atas harapan masyarakat yang tak kunjung direalisasikan.

­Film Singham juga memberikan gambaran kepada kita bahwa dibutuhkan kecerdasan, strategi dan nyali untuk menghadapi pejabat busuk, premanisme dan konglomerat yang licik. Dalam beberapa adegan, Inspektur Singham menampar wajah bahkan menendang menteri yang kongkalikong dengan preman. Menariknya, Ahok pun melakukan hal yang serupa. Beliau “menampar” wajah menteri Gamawan Fauzi dengan statement yang pedas tapi berdasar. Melalui candaanya, Ahok memberikan analogi yang sederhana dalam menjawab kritikan Gamawan Fauzi terkait polemik Lurah Lenteng Agung, Susan Jasmine. Bahkan Ahok meminta kepada Gamawan Fauzi untuk kembali belajar konstitusi. Di adegan lain, Inspektur Singham menertibkan preman pasar di desanya. Hal tersebut juga pernah dilakukan oleh Ahok sewaktu menghadapi preman pasar tanah abang.

Bagi saya, sosok Ahok adalah sosok Inspektur Singham yang merealita. Dia berhasil menggabungkan antara ketulusan/pengabdian dengan keberanian. Ahok tampil menjadi PEMBELA KEBENARAN yang tidak takut mati. Jika Singham punya kemampuan ilmu bela diri, Ahok punya kecerdasan birokrasi yang tak tertandingi. Walaupun belum lama bersama Jokowi memimpin Jakarta, Ahok sudah membuktikan kepada kita semua, bahwa membela negara butuh keberanian dan kecerdasan. Saya percaya jika Ahok meyakini bahwa mati dijalan kebenaran adalah mati di jalan Tuhan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun