Begitupun keputusanku untuk melanjutkan kuliah yang berarti aku mengabaikan pilihan untuk bekerja membantu kedua orang tua. Bukan! Berarti aku tidak peduli, namun sosok Ayah memberi keputusan untuk menyemangati anak bungsunya dengan keyakinan diri untuk melanjutkan pendidikan, soal biaya serahkan saja kepada Allah, kata beliau. Itulah aku, dimana pilihan yang kuputuskan tidak serta-merta adalah hasil kuasaku namun ada 'doktrin' yang mempengaruhi keputusan itu. Bahkan untuk melanjutkan kuliahpun aku harus mencari kampus yang memberikan beasiswa dan disaat kuliahpun aku mengisi waktu luang sepulang kuliah untuk mengajar
privat.
Yes! This is my choise and i'm prepared to approve all the risk.
KEMBALI KE ARTIKEL