Nenek saya atau ibu dari ibu saya berasal dari Suku Melayu Medan.Daerah desa tempat tinggal nenek saya berada di desa Perbaungan Serdang Bedagai Sumatera Utara.Saya memanggil nenek saya itu dengan panggilan Atuk.
Sejak kecil saya hidup dalam 4 tradisi budaya yang berbeda yaitu Palembang yang merupakan daerah asal ayah saya,Jawa Pekalongan yang merupakan daerah asal kakek saya yaitu ayah dari ibu saya ,Melayu dari daerah asal atuk saya yang merupakan ibu dari ibu saya dan tradisi Jakarta Betawi,tempat saya lahir,sekolah sampai lulus kuliah.Saya sempat merasakan setahun tinggal di Medan Sumatera Utara.Ya ,saya sempat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara namun hanya bertahan selama setahun.
Selama setahun itu saya merasakan bagaimana budaya suku Melayu yang sesungguhnya.Kebetulan saya tinggal di tempat paman saya yang berprofesi sebagai dosen Di USU.selain sebagai dosen,paman saya juga menjabat sebagai ketua Perhimpunan Suku Melayu di Medan.
Setiap minggu paman saya mengajak saya untuk menghadiri acara-acara yang diselanggarakan oleh Perhimpunan Suku Melayu.Ada satu hal yang sangat saya tidak suka yaitu diharuskan memakai kebaya.Padahal saya tidak suka sama sekali menggunakan kebaya hehehehh.
Di Suku Melayu ada upacara yang disebut dengan Tepung Tawar.Upacara Tepung Tawar ini sudah saya kenal sejak saya kecil.Setiap saya sembuh dari sakit,Atuk saya selalu melakukan upacara tepung tawar untuk saya.Apalagi katanya saya baru bisa berjalan di usia saya yang menginjak 3 tahun.Hal inilah yang membuat saya selalu ditepung tawari karena dari kecil terus sakit-sakitan.
Nah kembali ke Uapcara Tepung tawar,upacara ini biasanya dilakukan untuk menyatakan syukur pada saat-saat seseorang yang berasal dari Suku Melayu mengalami hal-hal sebagai berikut:
1)Sembuh dari sakit.
2)Lulus dari ujian atau sekolah.
3)Sebelum atau setelah acara pernikahan.
4)Setelah wisuda atau lulus jadi sarjana.
5)Selamat dari kecelakaan
Dari penjelasan yang saya dapatkan dari situs di internet dalam adat Istiadat Melayu, Tepung Tawar artinya untuk menghapuskan atau membuang segala penyakit. Sumber lain menyebutkan tepung tawar dilakukan sebagai perlambangan mencurahkan rasa kegembiraan dan sebagai rasa syukur atas keberhasilan, hajat, acara atau niat yang akan atau yang telah dapat dilaksanakan, baik terhadap benda bergerak (manusia) maupun benda mati (yang tidak bergerak).
Adapun peralatan atau kelengkapan tepung tawar yang digunakan oleh masyarakat Melayu secara garis besar terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu:
- Ramuan Penabur
- Ramuan Rinjisan
- Pedupaan (perasapan)
RAMUAN PENABUR
Di atas wadah terletak sepiring beras putih, sepiring beras kuning, sepiring bertih dan sepiring tepung beras, sebagai pelambang sebagai berikut :
- Beras putih = kesuburan dan pembasuh diri dari yang kotor.
- Beras Kuning = kemuliaan, kesungguhan dan keagungan.
- Bertih = perkembangan, perlambang rezeki yang tumbuh dari bumi dan dari langit.
- Bunga Rampai = Melambangkan wanginya persahabatan, manisnya persaudaraan, dan harumnya keakraban.
- Tepung beras = kebersihan hati.
- Arti keseluruhan dari bahan-bahan di atas adalah kebahagiaan.
RAMUAN RINJISAN
Sebuah mangkuk putih (kalau dulu tempurung kelapa puan) berisi air biasa, segenggam beras putih dan sebuah jeruk purut yang telah di iris-iris. Tempat/wadah tepung tawar disebut ampar artinya bumi.Di dalam mangkuk tersebut juga diletakkan sebuah ikatan daun-daunan yang terdiri dari 7 macam daun, yaitu :
- Daun Kalinjuhang/jenjuang (tumbuhan berdaun panjang lebar berwarna merah). Melambangkan penolak bala dan menjauhkan dari hantu, setan serta iblis yang mengganggu masyarakat serta pembangkit semangat juang yang tinggi.
- Tangkai pohon pepulut/setawar (tumbuh-tumbuhan berdaun tebal bercabang). Ini melambangkan sebagai penawar (obat) segala yang berbisa, bisa laut, bisa bumi dan membuang segala sesuatu yang jahat.Daun ini juga bermakna memulihkan sesuatu yang rusak atau yang sakit.
- Daun Gandarusa (tumbuhan berdaun tipis berbentuk lonjong).Daun ini bermakna, berjuang untuk menahan sesuatu penyakit yang akan datang masuk ke suatu daerah. Daun ini juga merupakan daun penangkal musuh dari luar, penangkal dari dalam, penangkal sihir dan serapah, penangkal segala kejahatan yang dibawa setan lalu.
- Daun ribu-ribu (Tumbuhan melata berdaun kecil bercanggah).Fungsinya sebagai pengikat diantara daun-daun tersebut, maknanya untuk mengikat segala penyakit yang datang dan penguat kesatuan dan kebersamaan serta penguat semangat.
- Daun Keduduk/Senduduk. Maknanya segala penyakit yang datang didudukkan atau ditaklukkan dan dilumpuhkan.
- Daun sedingin, Daun ini bermakna akan memberikan kesejukan,ketengan dan kesehatan.
- Pohon sembau dengan akarnya.Pohon yang memiliki akar yang liat dan sukar dicabut, mengingatkan kita pada kekuatan dan keteguhan.
Maka ketujuh macam tumbuhan tersebut diatas melambangkan suatu seruan atau do'a tanpa suara untuk kesempurnaan orang yang ditepung tawari.
Ketujuh daun tersebut diikat dengan akar atau benang jadi satu berkas kecil sebagai rinjisan. Adapun arti dari bahan-bahan di atas adalah sebagai berikut :
- Mangkuk putih berisi air putih bermakna kejernihan.Kadang ada juga yang menggunakan air mawar, yang terbuat dari aneka daun-daunan yang beraroma wangi seperti pandan, serai wangi, jeruk purut yang direbus dan airnya dijadikan air pecung.
- Beras atau bedak beras. Dibuat dari tepung beras yang diadun bersama larutan wewangian alami dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai makna sebagai pendingin, peneduh kalbu, dan kesuburan.
- Limau purut yang diiris tipis, yang mempunyai makna sebagai pemberi kekuatan dan kesabaran sekaligus membersihkan. Secara keseluruhan diartikan sebagai Keselamatan dan Kebahagiaan.
Ketiga peralatan ini diaduk menjadi satu dalam satu wadah dan direnjis dengan menggunakan gabungan alat penepuk yang terdiri dari dedaunan tersebut.
PERDUPAAN
Perdupaan dengan kemenyan atau setanggi yang dibakar dapat diartikan dengan pemujaan atau doa kepada Yang Maha Kuasa agar permintaan dimaksud dapat restu atau terkanul hendaknya. Perdupaan ini sangat jarang dilakukan pada upacara tepung tawar yang ada sekarang ini.
URUTAN PENEPUNG TAWARAN
Urutan yang menepung tawari adalah dimulai dari ibu bapaknya (serentak) dan kemudian diteruskan oleh ahli keluarga yang tertua dan terdekat sampai jumlah yang telah ditentukan semula dengan ketentuan mula-mula yang menepung tawari adalah kaum laki-laki, kemudian baru giliran kaum wanita.
Anak beru ataupun seseorang yang ditugasi untuk itu, mendatangi dan menjemput orang yang harus menepung tawari itu serta mempersilahkan beliau sambil mengiringkannya pula dari belakang ke tempat upacara tepung tawar.
Selesai melakukan tepung tawar, beliau diantar pula ke tempat duduknya semula dan oleh anak beru atau orang yang ditugaskan untuk itu memberikan kepada beliau sebuah “bunga telor berkat”
CARA MELAKUKAN TEPUNG TAWAR
Orang yang hendak ditepung tawari mula-mula menerima ataupun mengambil sedikit (sejumput) beras putih, beras kuning, bertih dan bunga rampai, lalu menaburkannya ke atas hariban atau keliling badan orang yang ditepung tawari, kadang-kadang disertai dengan ucapan ‘selamat’, “murah rezeki”’ “sehat”’ dan sebagainya.
Kemudian diambilnya berkas ikatan daun kalinjuhang dan daun lainnya, dicecahkan ke mangkuk puith yang berisi air dan beras putih serta irisan limau purut lalu dirinjis-rinjiskannya di atas kedua belah telapaktangan orang yang ditepungtawari. Selalu juga disertai dengan kata ‘selamat’. Kemudian barulah diambil sedikit tepung beras tadi dan dioleskan (dilekatkan) ke tapak tangan yang ditanuri.
Semua acara di atas dilakukan dengan khidmat. Orangtua ada juga merinjis-rinjiskan berkas ikatan tersebut ke atas ubun-ubun (kepala) anaknya ataupun keluarga termuda. Ini sebenarnya bersifat kemanja-manjaan saja , bukan kelaziman.
Jika yang ditepung tawari lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya di dalam keluarga ataupun masyarakat dari orang yang ditepung tawari, maka orang yang ditepung tawari telebih dahulu harus minta terima kasih dan memberi hormat dengan cara mengangkat kedua belah tangannya sewaktu hendak di tepung tawari. Yang menepung tawari membalas pula dengan mengangkat kedua belah tangannya juga, sebagai menerima tanda terima kasih atau penghormatan itu.
Sebaliknya yang akan terjadi, jika yang menepungtawari lebih muda, maka dialah terlebih dahulu yang harus memberi hormat.
Dalam Upacara ini, penepung tawar terlebih dahulu merenjiskan atau memercikkan air seikat daun-daun tadi kepada orang yang ditepung tawari. Selanjutnya mereka menaburkan beras kunyit ke atas orang yang ditepung tawari.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan makna dari upacara tepuk tepung tawar bagi masyarakat Melayu adalah memohon keselamatan dan kebahagiaan kepada Yang Maha Kuasa baik di dunia maupun di akhirat..
Tepung Tawar ini merupakan salah satu upacara Suku Melayu yang sudah puluhan kali saya saksikan secara langsung.Tepung Tawar sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat suku Melayu.
Demikianlah kisah saya tentang Upacara Tepung Tawar
Penjelasan tepung TAwar saya kutip dari artikel yang berjudul” UPACARA TEPUNG TAWAR” Ditulis Oleh: Said Sirajuddinan dan bisa dibaca di link berikut: http://wa-iki.blogspot.com/2010/10/upacara-tepuk-tepung-tawar.html.
http://freez.kompasiana.com/#