(Keterangan : Ini adalah tulisan yang lain tentang masalah yang sama
. Yang terdahulu dengan judul SUPLEMEN , maksudnya menjadi suplemen yang berisi penjelasan dari tulisan saya untuk masalah yang sama .
BHINEKA TUGGAL IKA (Berbeda beda tetapi satu jua ).
Karya Pujangga MPU TANTULAR ,
Bunyi selengkapnya :
"RWAKA DATU WINUWUS WARA BHUDA WISNU;
BHINRKA RAKWA RING APAN KENA PARWANOSEN;
MANGKANG JINATWA KALAWAN SINATWA TUNGGAL,
BHINEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGRWA'
(Sutasoma ,138:5 )
(Dikutip dari Buku Simbolisme Dalam Budaya Jawa : Budiono Heru Satoto .Pen.PT.HANINTA ,Jogyakarta 1991 ).
Dibawah ini dikemukakan oleh Prof.Driyarkoro ialah petikan dari SERAT CENENTINI :
Tunggal lan tanpunggal lawan ing pasti ,
roro pan tan roro
Lir jiwa tinon lawan ragane
katon tungak katon kalih
Mangke ana mami
Lawan Gustiningsun
Tan kena pisah siyang lanratri
Tansah awor winor'angemban ingngemban salawase
amuriki osik eneng mami
awik winisik
akeh bekti lutut .
Prof .Moh.Yamin mengatakan Bhineka Tunggal Ika mirip semboyan dalam bahasa Latim " PULIBUS UNUM "Â Diversity in unity .
Semboyan , lambang , simbol simbol adalah gambaran atau visualisasi dari keberadaan ,kata hati , kehendak ,krenteg , karsa cita cita manusia dan diwujudkan dalam dalam bentuk tertentu Demikian juga dengan lambang Garuda Pancasila serta semboyan Bhineka Tunggal Ika .
Bhineka Tunggal Ika memvisuilkan kondisi , semangat dan cita cita untuk mempertahankan , memelihara dan menyubur makmurkan masyarakat yang puralis dan multikulturalis,tentu saja secara spirituali dan phisik .
Lambang GARUDA PANCASILA DAN SEMBOYAN BHINEKA TUNGGAL IKA bukanlah gambaran utopia bangsa kita yang liar ,tetapi merupakan lambang dan semboyan yang terhormat , yang bermuatan yang menunjukka keberadaan ,pikiran dan kehendak seluruh bangsa ini . Oleh para founding father yang mengerti dan merancang , semboyan ini dilembagakan dan menjadi legal , karena tercantum kedalam UUD 45 BAB XV Pasal 36 A .Sayang dalam pasal ini tak menjelaskan apa yang terjadi dengan Bhineka Tunggal Ika , selain Bhineka Tunggal Ika sebagai lambang dan semboyan tok .
Bhineka Tunggal Ika sebenarnya memuat filsafat yang dalam , yaitu memuat kandungan yang berisi penjelasan keadaan negara kita yang pluralis dan multikulturalis dan semangat bertekat untuk memelihara persatuan dan kesatuan meskipun kondisinya beragam ragam . Ternyata keragam ragaman masyarakat ini tak terdalami hingga terjadi ketidak cocokan yang terwarisi hingga sekarang .
Orang orang timur punya kebiasaan , mengutarakan segala sesuatu yang dalam segala hal , apalagi masalah spiritual tingkat tinggi serba sinandi , siningit ,sinamun samudana , dengan tepa palupi , perlambang , tengara , tampaknya juga masih masuk dalam kehidupan modern dalam keputusan keputusan kenegaraan .
Misalnya tentang pluralisme dan multikulturaisme sinandi dan siningit dalam lambang dan semboyan Bhineka Tunggal Ika . Adalah merupakan kepintaran orang timur untuk meringkas sesuatu yang sangat besar dalam lambang yang kecil .Masalah yang pluralis dan multikulturalis diringka dalam lambang Bhineka Tunggal Ika . Agak sulit orang orang yang hanya memmliki kebiasaan praktis untuk bertele tele menekuni  urusan yang kurang dipahami . Contohnya UUD 45 tentang Bhineka Tunggal Ika tanpa pernah mendapat perhatian karena orang wakil kita tak mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bertele tele tersebut , sedang yang memahami bisanya kalah suara .
Kita kita cari jawaban tentang pluralisme dan multikulturalisme .
1. Dalam pidato pengntar pada Seminar Living in Plural Society yang diselenggarakan dalam rangk kerja sama PP . Muhamaddiah dan British Council , Kemis 21/2 di Jakarta Pak Prof.Amin Rais mengutarakn pendapatnya ", Indonesia negara yang paling pluralistik di dunia, tetapi jika kekuatan itu tak dikelola dengan baik akan menjadi kelemahan .Ada banyak negara yang tidak bisa pluralisme berakir pecah menjadi negara kecil kecil .Unisyovet dan Yugoslavia dua negara yang tinggal sejarah .Adakah Indonesia tetap exist "Katanya .
Namun kadang kadang kala orang masih belum jelas mengenai Bhineka Tunggal Ika , yang dikasud pluralis dan multikulturalis .
Dari pidato Pak Amin Rais tersebut , banyak pikiran timbul . Jelas bahwa yang dimaksud dengan pluralis disini adalah negara . Atau negara negara yang membentuk atau dibentuk menjadi negara kesatuan yang besar . Sekelompok besar atau kecil orang orang yang punya teritori tertentu , punya budaya , punya identitan, kekayaan , adat kebiasan/tradisi . Keadan plural yang menjadi masalah tentu saja orangnya , karena oranglah yang dapat berpikir dan berinteraksi satu sama lain .
Warisan budaya yang berupa kebijaksanaan kuno dari etnis etnis inilah yang menjadi sumber
terhimpunnya Pancasila , kepribadian sendiri yang terkubur dan terlupakan selama penjajah berkuasa . Oleh karena itu dengan kembalinya kemerdekaan kita , kita sebetulnya harus mulai menata kehidupan kita dengan budaya senduri dengan kepribaduaan kita sendiri .
Mungkin terlalu naif jika pengertian Bhineka Tunggal Ika hanya untuk menggambarkan warna warni hasil budaya meteriil ,yang aneka ragam yang disatukan dalam Tunggal Ika .Misalnya barongsai dikasih blangkon dan batik , kolaborasi musik modern dengan gamelan dan yang semacam itu .
Kalau saja golongan yang terbiasa berpikir secara barat karena umumnya mereka berasal dari sana dapat bersabar sedikit maka , maka sebetulnya ada titik temu antara yang memahami apa yang diarahkan leluhur melalui lambangnya dan golongan modern yang berbasis " europische denken " .Demikian juga golongan yang mengaku lebih patriotis , jika tak memaksakan kehendaknya juga tak akan mewariskan keadaan yang sult seperti sekarang .
2.Semboyan Bhineka Tunggal Ika sendiri memang berasal dari seloka kuno jaman Majapahit .
Dalam Konperensi Internasioanl Budaya Sunda I di Bandung tahun 2001 berkata Pak Ayip Rosidi ." Diantara negara dan bangsa di dunia ,Indonesia adalah salah satu yang mempunyai budaya yang sangat beragam .Keberagaman itu dilembagakan dalam lambang negara "Bhineka Tungal Ika, beragam macam namun satu jua .Akan tetapi keberagaman itu ,walaupun sering dibangga banggakan secara verbal ,tidak pernah secara konseptual dan berencana dijaga dan dipelihara , bahkan dikalahkan oleh jargon "persatuan dan kesatuan "yang bersifat monolitis , tetapi yang juga tak pernah diuraikan secara konseptual."
Masyarakat kita yang pluralis adalah kenyataan yang sudah lama ada . Dan keberadaan mereka itu didukung  kerukunan dan toleransi(agree in not aggree )yang telah membaku atau setidaknya kondisi yang ada dianggap paling baik .Kenyataan inilah yang menyebakan founding father kita mengarahkan penerusnya untuk meneruskan atau meningkatkan lagi keadaan itu atau agar menambah kualitas masyarakat dalam segala segi , tanpa meninggalkan keadaan Bhineka Tunggal Ika .
Sedangkan masyarakat yang dituju adalah masyarakat yang adil makmur atau yang lebih jelas lagi masyarakat yang tata tentrem , gemah ripah kerta raharja atau tata tengtrem , gemah ripah ,tata raharja , rapeh rapeh ,rapi .
Bhineka Tunggal Ika itu sebenarnya juga mengisyaratkan keharusan adanya rambu rambu yang dapat mengatur , memelihara dan melindungi keadaan Bhineka Tunggal Ika sendiri .
Namun demikian karena keadaan masyarakat sudah berjalan demikian lama , semua seperti sudah dianggap sebagai air mengalir disungai sungai model dahulu , tanpa perawatan , pengawasan sehingga menyebabkan banjir . Apakah kita (Indonesia ) yang pluralis akan exist atau tidak sebetulya tergantung kita sendiri .
Apa sudah dimengerti keberadaannya , apa akan dikelola dengan baik atau dibiarkan seperti sungai model dahulu .
Gambar (visualisasi ) masyarakat atau rakyat yang pluralis bersifat tetap dan tak dapat bergerak , itulah rambu rambu (petunjuk arah larangan dan petunjuk lain ) yang telah disepakati . Dalam kenyataannya masyarakat pluralis mempunyai sifat yang dinamis ,sehingga interaksi atu sama lain perlu diatur . Masyarakat tak dapat disamakan dengan mutiara mutiara yang terajut rapi sebagai sesuatu yang indah dan tetap ,atau seperti halnya buah berwarna warni yang ranum segar diatas nampan , tetapi tak punya dinamika . Masyarakat atau masyarakat (plural ) akan selalu bergerak sesuai dengan  , sikon dan kepentingannya.
Kadang kadang memang masyarakat menjadi lain dari yang dicita citakan dalam semboyan , lambang .
Mengapa ?
Karena pergerakan masyarakat menyeret diri sendiri kearah kemana tarikan dari sebagian anggota masyarakat menjadi lebih kuat , dan merugikan bagian lain yang berusaha untuk bertahan .
Kalau kita buatkan   perumpamaan . Mungkin masyarakat Bhineka Tunggal Ika akan lebih mendekati hal yang agak mirip misalnya masyarakat yang pluralis ini diibaratkan ayam dalam satu kandang atau satu kandang diisi banyak ayam . Ayam ini secara naluriah akan ribut selalu , Mungkin ribut karena hanya naluriah saja , berkelai , atau ada kepentingan papannya menjadi sempit, pangannya hanya cukup jika diperebutkan , kenyamananya terganggu , dan ada naluri memperebutkan yang betina .
Atau begini saja , tempat masyarakat yang pluralis kita ibaratkan kolam ikan . Kolam ikan yang besar dimana ditempatkan banyak ikan dengn beragam jenis ikan dalam satu kolam itu .
Disitu dipelihara ikan ikan besar besar dan buas misalnya ikan lele , ikan gabus ,gurami , patin , tetapi juga ditaburi (dipelihara )  ikan ikan kecil yang tak berdaya , misalnya ikan wader ,bader ,tawes , mujair, ikan mas , lunjar , teri dan udang   .
Tentu ikan ikan akan selalu berkelahi , yang jelas hanya ikan ikan yang kuat yang akan menang dan eksis sedang yang kecil lemah akan menjadi bulan bulanan ikan yang besar dan ganas , lalu mati dan sama sekali punah .
Keadaan ini akan lebih runyam lagi jika datang ikan piranha atau bahkan ular naga yang akan menyantap semuanya .
Itu dan disitu akan terjadi homo homimi lupus ,para bellum contra omnes. sebelum ada belum aturan yang mengatur kehidupan masyarakat ikan yang pluralis  .Belum  ada hukum , selain hukum alam yang akan mempersilahkan yang menangan akan menyantap lain lainnya dan yang kalahan akan sirna. Masyarakat yang mempunyai pikiran ( homo sapien ) yang punya pergaulan (zoon politicon ) mestinya dipikirkan , dibicarakan , diatur  bagaimana caranya agar semua terpelihara , terlindungi dan terjaga .
Namun kadang kadang pikiran homo sapien yang pluralis ini juga tidak mesti tetap , bisa saja berubah  .Pikiran masyarakat pluralis yang juga berbeda beda kadang kadang juga berubah rubah tak selalu tetap .Itu sangat tergantung dengan watak , kepentingan dan sikon yang terjadi pada suatu saat .Satu waktu masyarakat yang tak pernah mengenal dan tak peduli dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika , "tan hana dharma mangrowa ", begitu acuhnya sehingga mengira aturan negara , yang akan mengatur masyarakat yang Bhineka dianggap hanya akan menambahi beban saja , yaitu saat tak membutuhkan perlindungan dari seloka itu .
Namun suatu saat yang lain , meraka tiba tiba dengan fasih meneriakkan semboyan itu lantang lantang , seolah olah mereka yang paling mengerti dan paling tahu apa yang mereka teriakkan . Itu terjadi manakala kepentingannya atau lebensraumnya terancam , Maksud meneriakkan Bhineka Tungal Ika , untuk menghindari dan menghindarkan bahaya yang mengancam . Dan takut hidupnya teramcam dan eksistensinya mendapat kesuli tan  .
Kita ambil etnis Cina .Ketika Pak Harto memegang pemerintahan .Etnis Cina selalu mengeluh , mendapat tekanan dari rejim ini , sehingga benar benar merasa teraniaya . Banyak sekali hal yang dibatasi atau dilarang .Dalam Berbudaya , tak boleh ada barongsai lambang budaya Cina , yang berkeliaran di jalan jalan . Peribadatan klenteng dibatasi , demikian pula usaha usaha dibatasi .Kondisi etnis Cina sungguh memelas . Mungkin rejim Pak Harto paham semangat etnis Cina dalam segala hal dapat mengusur dan merugikan etnis lain yang lebih lemah , dan perlu dihambat ,selain itu memang ada keterlibatan etnis Cina dalam organisasi Baperki yang disini dan saat itu merupakan dosa . Presiden Gus Dur tak tahan mendengar rintihan orang Cina ini dan begitu Pak Harto lengser , segera melepas aturan aturan yang membelenggu etnis Cina , demikian juga dengan Presiden Megawati berbuat yang sama kepada etnis Cina dan Presiden SBY dapat bergandeng tangen dengan etnis Cina setelah memberikan hak yang sama seperti warga Indonesia yang lain .IMLEK besar besaran digelar disepanjang toko Pacinan dipasang umbul umbul merah berhuruf Cina .Kelenteng dibanjiri jemaahnya , barongsai menari nari sepanjang jalan . Perayan IMLEK di Jakarta menghadirkan Pres. SBY . Semua menerikkan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa .
Sifatnya insidentil saja, menggunakan payung seloka itu untuk melindungi kelompoknya hanya saat sangat dibutuhkannya .Sedang kali lain akan mencampakkan semboyang itu lagi , mana kala telah terselamatkan kepentingannya justru malah berubah menjadi ikan besar yang membidik ikan ikan kecil , dan malah dapat menjelma menjadi naga raksasa yang dapat menghabiskan  seluruh isi kolam .
Yang menjadi pertanyaan mengapa dari dulu tak terpikirkan bahwa untuk memelihara ikan dalam satu kolam tak dibuat petak petak perlindungan yang menjadikan masing masing etnis , golongan , kelompok , satu sama lain tak mengancam dan terancam .
Ternyata jawabannya , "tak perlu" itu akan mengurangi nasionalisme kita .Sebab itu akan menjadikan masyarakat terkotak kotak dalam SARA dan menjadi provinsialistis dan nanti pada gilirannya menjadi separatis .Sebenar pikiran demkian hanya pikiran emosional .Saat perjuangan memang seluruh masyarakat secara nasional bersatu padu bahu membahu mengusur penjajahan Belanda .Perlu perstuan seluruh bangsa.Sedangkan upaya pengkotak kotakan sebagai misalnya dalam bentuk federal , yang dianggap mengurangi perasan nasional. Itu pikiran yang terlalu jauh ,seperti menghina negara Amerika , yang terkotak kotak menjadi negara bagian .Pada hal tak ada satupun negara negara bagian Amerika yang ingin lepas dari Amerika Sarikat , atau Amerika Serekat memang negara atau bangsa yang sudah tak punya nasionalisme seperti kita ?.
Nasionalisme yang mana , karena dari waktu kewaktu pengertian nasionalisme juga tidak tetap dan ikut menyesuaikan diri dengan yang memerlukannya , sikon dan waktu . ?
Sudah terbukti seperti hidup ikan dalam kolam besar, nasionalisme yang tak jelas ,tanpa batasan atau batasannya menyesuaikn dengan kepentingannya , nasionalisme juga cenderung telah menghancurkan pluralisme dan multikulturalisme . Bahkan di kolam lain lagi ada nasionaisme yang sempit dapat mengancam lintas negara .
Nasionalisme , unitarisme , uniformalitasisme centralisme yang dipimpin modernisme , rasionalisme dan pragmatisme , dengan menggunakan kedok pembangunan telah sangat merugikan kepentingan provinsialisme , yang dapat berarti masyarakat plurarisme dan multikulturalisme atau kata lain dari masyarakat Bhineka Tunggal Ika ,
Atau untuk lebih jelasnya sudah waktunya Bhineka Tunggal Ika mendapat penjelasan yang menyeluruh agar tak ada yang tersembunyi , dan termanipulasi .
Provinsialisme dan SARAÂ seharusnya terlindungi .
Nasionalisme yang diwakili oleh Pemerintah Pusat sebagai central kekuasaan tak boleh sewenang wenang merampas provinsialisme dan SARA .Justru sebaliknya harus memelihara dengan baik , melindungi masyarakat pluralisme dan multikulturalisme , sebagai kenyataan yang ada yang menjadi komponen koponen yang menjadikan nasional kita .
Dalam bidang kekuasaan , dengan mengatakan , nasionalismelah yang berkuasa atas dan untuk kepentingan nasional .Provinsialisme dan SARA berada dibawah kepentingan nasional , harus tunduk kepada kepentingan  nasionalisme atau dapat dikatakan bisa dinomor duakan . .
Sudah nyata demi nasionalisme sudah ada bangsa (etnis ) ,orangnya daerahnya dan budayanya yang hilang . Yang tinggal sekedar nama .Karena Nasionalisme selain mengandung makna pariotisme ,kerukunan diantara suku bangsa , toleransi diantara suku bangsa, juga mempunyai arti  dapat memanjangkan jangkauan keserakahan orang , dapat membesarkan kerakahan orang untuk keuntungan diri sendiri dan merugikan orang (kelompok lain ) .  ,untuk dapat memenangkan dirinya memenangkan kepentingannya , orang yang memperjuangkan dirinya selalu bersenjatakan anti provinsialisme , anti primordialisme dan SARA . . Etnis Betawi ialah etnis yang paling nasionalisme dalam hal anti penjajah . Etnis ini secara konsekwen emoh kerja sama dengan penjajahan kafir Belanda , emoh sekolah umumnya pemerintah penjajah , ,tak suka bekerja pada penjajah kapir , mendingan ngaji .Sehingga menjadi "ketinggalan " diukur dengan ukuran kemajuan para kafir . Etnis etnis demikian tak menyadarkan kita , untuk memperhatikan dengan betul atau melindunginya , sehingga menjadi korban nasionalisme .Ternyata pengorbanan, patriotisme orang Betawi tak mendapat respon dari yang berkuasa atas nama nasionasiolisme , karena belum ada "Umwertung alle werte "
Aceh ,daerah pluralisme dan multikulturalisme yang masih agak utuh , itupun memerlukan pengorbanan luar biasa . Aceh satu satunya daerah yang mempunyai Partai Aceh , pemimpin sebagai lambang kebanggaan adalah putra Aceh , memelihara dan melindungi kekayaan Aceh baik spritualnya maupun phisiknya .
Secara nyata yang menjadi inti Bhineka Tunggal Ika atau substansi Bhineka adalah etnis penduduk asli yang tinggal disuatu wilayah secara turun temurun dan mempunyai budaya ,bahasa , kepercayaan dan kekayaan .Kadang kadang disebut pribumi atau penduduk asli daerah itu . Barangkali inilah inti atau substansi yang berupa kesatuan kesatuan yang bhineka . Inti atau substansi dari Bhineka itulah Yang perlu aturan untuk melindunginya . Daerah atau "negara " provinsi perlu dilindungi atau melindungi diri dan eksistensinya lebensraumnya .
Tentu kami sepaham dengan pernyataan Pa Amin Rais yang dimaksud dengan pluralis itu adalah negara atau "negara " yaitu wilayah  baik itu negara kecil kecil atau daerah yaitu tanah pribumi dan kekayaannya . Bahkan dalam sejarahnya dikatakan Bhineka Tunggal Ika adalah dipergunakan untuk meredam pertikaian di negara Singhasari dan menjadi undang undang negara Majapahit .
Atau yang dimaksud adalah pribuminya karena hanya orang orang atau penduduknya yang dapat berpikir , yang dapat mengerti dan merasakan ancaman ancaman yang ingin merebut ataumendesk lebenraumnya .
Tentunya di negara besar Indonesia Bhineka Tunggal Ika juga untuk menangkal pertikaian antara negara atau "negara negara "daerah daerah ,etnis etnis , agar dapat damai .Tidak saling memangsa tidak saling cekcok antara " negara " yang satu yang penduduknya lebih kuat dan lebih pinter , yang lebih banyak akalnya dan melindungi yang tidak mempunyai kemampuan meskipun hanya mempertahakan diri .
Apa artinya suatu daerah atau "negara " yang tak mempunyai kadaulatan , yang tak punya kemerdekaan , yang menjadi jajahan tetangga atau orang orang lain atau bahkan Pusat ,dan yang kekayaannya terkuras menjadi rayahan orang lain , sementara pribuminya sendiri tetap telanjang dan kelaparan . Apa arti pemberian Tuhan yang melimpah jika malah mendatang musibah bagi rakyatnya . Apa arti kesejahteraan jika penduduk daerahnya hanya dapat menjadi pembantu , kuli kuli , jongos , sopir , PKL , pedagang asongan , sementara kekayannya dinikmati pendatang pendatang yang licik .
Contoh pengalman , di negara Republik Yugoslavia .Dengan nasionalismenya mempersatukan negara negara Balkan .Dari negara negara kecil kecil dipersatukan oleh nasionalisme oleh Presiden Bros Tito . Setelah perang dunia ke 2 benar benar dapat menjadi negara besar dengan kemajuan yang mengagumkan . Ternyata didalamnya dipenuhi oleh dendam oleh etnis etnis yang direkayasa dan merasa ditindas . Ketika datang masanya ternyata dendam itu meledak Republik Yugoslavia yang dibangun atas nama nasionalisme hancur berantakan oleh ledakan dendam etnisnya yang meledak .Kini kembali menikmati kehidupan semula , yang majunya tak meledak ledak tapi aman damai .
Ini adalah visi leluhur kita yang sangat tajam , telah melihat masa depan yang sangat jauh .
Apa artinya pembangunan yang mengatas namakan nasionalisme dan modernissi kalau tak membawa berkah bagi pribuminya yang malah terusir , atau menjadikan pribuminya merosot turun menjadi kelas terendah dalam bumi sendiri .
Dalam wayang telah digambarkan tepa palupi ,putra putra satriyo yang ingin diakui oleh Bapaknya sebagai anak Pendawa , atas saran Prabu Kresna harus diuji dapat mengalahkan raja raksasa yang mengacau negara itu ( lakon Satriyo takon Bapa ) .
Tak seperti kita , cukup membawa uang (yang tak jelas juntrungnya apa kalal apa haram , langsung diterima menjadi setingkat pribumi malah jadi tuannya pribumi .Yang kami maksud pribumi adalah penduduk suatu tempat yang sudah turun temurun atau sebagai kebalikan dari pendtang baru baik dari jauh maupun dekat .
Didalam sistim yang berjalan sungguh mengerikan , apa yang diberikan Tuhan dapat berubah menjadi musibah bagi pemiliknya karena tak satupun perlindungan atas kesatuan kesatuan yang menjadi inti atau substansi Bhineka Tunggal Ika .Belum ada perlindungan terhadap eksistensi etnisnya , wilayahnya,budayanya , kepercayaannya , kekayaannya dari masyrakat Bhineka Tunggal Ika , karena masih belum ada aturan yang mengatur pergaulan dan masalah yang timbul diantara mereka sendiri atau karena nasionalisme .
Mestinya rakyat Parahyangan yang paling suka budaya yang halus halus , yang punya tanah adem dan subur makmur , dengan adanya pembangunan yang hebat hebat lalu dapat melanggengkan seni budayanya dengan lebih baik .Dapat menabuh gending gendingnya yang merdu dalam rumah yang bagus bagus dengn diterangi listrik yang cukup ,dapat mengolah seni tarinya disanggar sanggar yang bagus dengan lingkungan yang bagus ,orangnya sugih sugih tak ketakutan karena tak punya beras untuk esok pagi .Putra putrinya dapat memperoleh pendidikan budi luhur yang baik dan gizi yang baik .
Yang betul betul kita cemaskan betul ialah nahwa tampak arah perjalanan kita menuju arah yang lain dari pada konsep " negara kekeluargaan , atau negara kebersamaan ,satu untuk semua , yang menjadi cita cita leluhur kita untuk anak cucu nya . Negara yang dikonsep sebagai organisasi untuk mengatur kesejahteraan berdasar keadilan bersama .
Otonomi masih berada dibawah bayang bayang otokrasi . Otonomi jangan menjadi bulan bulanan centralisasi , otonomi jangan menjadi korban uniformalitasisme dan kekuasaan yang monolitis .
Perwakilan DPD yang seharusnya menjadi repretansi daerah yang betul optimal , ternyata hanya kebagian untuk mennghadiri upacara protokol pembukaan dan penutupan sidang , karena dalam sidang Dewan Perwakilan hampir tak punya peran apa apa. Yang kurang dipahami adalah apakah keadaan seperti itu dengan sdar dan disengaja untuk mengurangi peranan daerah dan memperbesar nasionalisme atau tak disengaja karena tak ada yang memberitahu bahwa memang ada segudang masalah daerah yang seharusnya dan harus dibicarakan dalam Dewan Perwakilan .
Sedangkan Jakarta adalah korban nasionalisme , unitarisme , uniformalitasisme , sentralisme .Hanya tinggal ada FBR sebuah tonggak yang meratapi kemusnahannya dengan diiringi sayup sayup tabuhan gambang kromong dan ondel ondel yang memelas .Seonggok bekas dibangun dan dinamakan Batavia .Yang lain segera menyusul .Bandung , suit menemukan alunan gending gending warisan karuhun sendiri walaupun di rumah pribuminya . Bali is not Bali , tak beda dengan  Hawai . Atau itukah arah Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika ?
Sungguh sayang kita masing masing mengadu mulut ,memperebutkan sisa yang tinggal , padahal hal yang tinggal itu hanya tulang tulang kosong berserakan , karena dagingnya dimangsa koruptor dan ikan jahat .