Bukan orang-orang yang aji mumpung. Atau bahkan orang-orang yang terpaksa. Terpaksa bekerja mengerjakan proyek terkait IKN karena tuntutan jabatan yang melekat padanya. Orang-orang seperti itu biasanya bekerjanya tanpa spirit.
Begitu banyak orang pintar yang dilahirkan oleh ibu pertiwi. Tapi sejarah membuktikan, neraca antara orang pintar dengan orang tulus di Indonesia masih belum seimbang. Tidak serta merta orang - orang pintar itu tulus. Begitu juga sebaliknya, tidak serta merta orang - orang tulus itu pintar. Ketika seorang pemimpin mampu menemukan kepintaran dan ketulusan ada pada diri satu orang, maka itu salah satu yang dinamakan rejeki min haisu la yahtasib. Orang-orang seperti itu adalah aset bangsa. Yang bisa kita manfaatkan untuk mempercepat proses kemajuan bangsa kita. Itu pun kalau kita mau memakainya. Dan itu pun, kalau kita terlebih dahulu berhasil menemukannya.
Salam Indonesia Maju!