Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Festival Keraton Nusantara, Tak Lagi Bermakna

2 September 2012   12:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:01 552 0
Kota Baubau, menjadi tuan rumah perhelatan Festival Keraton Nusantara (FKN) VIII yang berlangsung sejak tanggal 1 sampai 4 September 2012. Alasan dibalik penetapan Kota Baubau menjadi tuan rumah festival para raja ini, tak lain karena Baubau merupakan bekas ibu kota daerah Kesultanan Buton yang jejaknya masih dapat kita saksikan hingga saat ini. Sebut saja, Benteng Keraton terluas di dunia, salah satunya. Sebagai orang yang baru pertamakali menyaksikan festival ini, tentu memiliki ekspektasi lain, selain hanya sekedar seremonial untuk memenuhi dahaga para raja modern tanpa power dan wilayah ini (selain beberapa diantaranya. Red). Misalnya, Persoalan bangsa, persoalan-persoalan kerakyatan seyogianya menjadi isu sentral yang menjadi motivasi festival ini yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Apa saja? konflik agraria akibat banyaknya masyarakat adat yang kehilangan lahan mata pencaharian yang dicaplok oleh para investor, isu-isu lingkungan hidup, kemiskinan, mungkin akan lebih menambah makna pertemuan para raja ini. Sehingga ada efek yang membuat kita rindu akan festival selanjutnya di tahun-tahun mendatang.

Ah, ternyata semua hanya khayalanku saja. Tengok saja beberapa agenda festival ini; Pembukaan dan kirab agung FKN, Pameran Benda pusaka, Royal Food Festival, Kesenian Tari Klasik dan Peragaan Busana Keraton, Dialog Budaya, dan diakhiri dengan penutupan. Diantara semua agenda yang tersaji ini, Dialog Budaya merupakan satu-satunya agenda yang masuk akal. Namun, Dialog budaya ini pun akan kembali menjadi tidak bermakna jika tidak terlembagakan. Tentu saja, festival ini tetap memberikan tambahan pengetahuan secara langsung tentang sejarah bangsa-bangsa di Nusantara sebelum berdirinya republik.

Baubau, 2 September 2012.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun