Berucap pelan sembari meringis sedih
Melihat bayangan putih melintasi awan putih
Melambai dengan maksud yang tak terwujud
Dia tersenyum dengan air mata mengalir
Sapaku keluh seakan tak terdengar
Tatap penuh iba hiasi wajahnya
Kenapa pandangi aku dengan wajah sayu
Wajahmu pucat tanpa darah
Meski anggun tetap hiasi setiap auramu
Kini berlahan-lahan kumelangkah
Setapak demi setapak membekas tak tertiup angin
Dedaunan memutih
Pohon-pohon, pegunungan
Laut, pasir semuanya berwarna putih
Terkesiap denyut nadi
Terperangah tatkala kau terlihat di antara celah-celah cahaya bulan dan bintang
Perlahan kumengerti dan merasa
Kain kafan telah hiasi gaun-gaunmu
Putih tanpa darah telah hiasi wajahmu
Nyanyian kematian mengiringimu
Kini kutersungkur, bertopang pada dua lututku
Badanku lemas tak berdaya
Sulit terima kenyataan
Inikah arti ikrar kita....?
Firasat telah nyata
Ketika kau berucap "hanya kematian yang dapat memisahkan kita"
Kutermangu meratap lesu
Kini ikrar itu larut bersamamu
Membekas dalam ingatan panjangku