Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Daya Pikat Seks di Kompasiana

28 September 2010   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:54 269 0

Seks penuh daya pikat bagi manusia. Pesona dari hal-hal beraroma ‘seks’ telah menjadi gula, dikerubungi manusia setiap waktu. Entah itu kemudian menjadi pendorong untuk mencicipi seks secara lebih berbudaya semisal menikah atau menikmatinya dengan sembunyi-sembunyi, lewat cinta terlarang atau lewat berbagai perilaku menyimpang.

Saya masih ingat saat lesunya perfileman nasional, film-film yang dirilis tak jauh dari urusan syahwat. iklan di televisi pun selalu dekat dengan perempuan berpakaian minim, paha mulus dan kata-kata yang cenderung untuk menggiring kita dengan perkara yang itu. Internet apalagi, terlepas dari tak terhingga manfaat positif internet bagi kemajuan, namun di internet, hal-hal yang beraroma seks terus berbiak dalam jumlah yang tak bisa dikalahkan oleh topik apapun.

Bagaimana dengan Rumah Kompasiana yang tercinta ? Sepanjang penglihatan saya kala sedang berenang kesana kemari di Kompasiana, artikel bertema seks atau tulisan dengan judul yang ‘menyerempet’  seks akan di kunjungi lebih banyak dibanding artikel lain. Memang sih, selain seks, tulisan lain pun tetap akan diminati pengunjung banyak apabila :

üMenarik

üMengulas hal yang baru, belum pernah ditulis sebelumnya

üDitulis oleh para penulis yang sudah punya nama di kompasiana, misalnya tulisan Pak Pepih Nugraha, Bang Yusran Darmawan, Mba Mariska Lubis, Ibu Linda, Bang ASA, Om Jay, Mas Bisyri, Pak Gustaaf Kusno, Pak JK, Pak Chappy Hakim, Pak Omri, Pak Katedra Rajawen dsb... dsb.... (masih banyak yang lain). Terlepas dari kenyataan bahwa memang tulisan-tulisan mereka amat menggetarkan tetapi juga karena memang ternyata, mereka hanya menulis sesuatu yang berkualitas.

üMencantumkan nama SBY atau pejabat negara, biasanya efektif memancing pembaca.

üAktual

ü............ dan seterusnya,

Namun dari itu semua, mengapa tema seks selalu diburu, apakah ini sebuah indikasi bahwa para kompasianer memang pecandu seks? Atau kurang informasi tentang seks sehingga setiap ada tulisan bertema seks biasanya dikunjungi lebih sering dibanding topik lain. Sebuah pertanda bahwa selalu saja pengunjung itu merasa pengetahuan seksnya masih kurang, ada rasa penasaran terhadap seks yang berkobar-kobar.

Atau barangkali membincangkan tentang seks akan membuat kita lebih rileks, santai, tenang, berbunga-bunga dan tentunya yang paling penting adalah membuat kita terhibur. Ya terhibur, salah satu yang didamba manusia. Ingin terhibur, santai sejenak. Dengan bersantai kita mengumpulkan kembali energi yang berserakan di sekitar kita, serupa meminum multivitamin paling lengkap.

Maka dengan sedikit prediksi jika ingin menjadi seksolog handal, kunjungilah kompasiana. Artikel seks bertebaran di mana-mana. Reguklah ilmu seks hingga seluruh dahaga lenyap. Tak bisa dipungkiri kalau kita sebagai manusia, adalah makhluk seksual yang merindu kepuasan sejati dan terdorong untuk memaknai nilai luhur dari keindahan seks.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kemampuan seksual secara fitrawi melekat dalam diri. Aktifitas seksual bukan sekadar aktifitas fisikal material belaka, bukan saja ada rasa kepuasan biologis yang terindera namun lebih dari itu, ada rasa spiritual yang menghubungkan kita dengan kesadaran yang lebih bersifat Ilahiah. Tentunya bila dilakukan sesuai tuntunan moral dan agama. Dan akan lebih paripurna bila itu disokong oleh pengetahuan tentang seks yang baik dan benar. Inilah peran Kompasiana, menyediakan kanal untuk itu. Di kompasiana, pengunjung dan penghuni tinggal memilih, mau artikel yang halus lembut sajian bahasa seksnya atau yang ‘agresif’ berbahasa. Dan berbagai kategori yang lain. Tersedia.

Di kompasiana kita bebas belajar dan berbagi apa saja. Tentu dengan konsekuensi tanggung jawab yang juga tidak main-main.

* Foto : matanews.com/2009/12/18/angelina...uh-diri/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun