[caption id="attachment_227227" align="alignnone" width="407" caption="
http://www.kabarindonesia.com/foto.php?pil=20080518232510&fid=3031"][/caption] Setelah makan sahur dan shalat subuh, biasanya kaum muslimin melanjutkan dengan mengaji, menyimak ceramah agama di TV, radio atau sebagian berakhir di tempat tidur. Memang terasa nikmat tidur dengan perut kenyang, udara dinihari yang sejuk meniup, suasana senyap, percaya deh itulah bentuk lain dari nikmatnya tidur. Bagi masyarakat kota Bau-Bau di Sulawesi Tenggara, momen selepas shalat subuh dituntaskan dengan serempak bersama kawan, saudara atau sendirian berjalan atau naik kendaraan menuju kawasan pantai Kamali dan pelabuhan Murhum. Udara pagi yang segar ditingkahi hempasan air laut di bibir pantai Kamali, ikan-ikan laut yang berkejaran di antara tiang pelabuhan Murhum boleh jadi telah menjadi sarana terapi bagi kesegaran jiwa. Bagi warga kota, seolah terjerat candu untuk selalu bersantai di sini. Jika anda pernah berkunjung ke Bau-Bau, sempatkanlah untuk duduk berlama-lama di pantai Kamali atau berdiam sejenak di tepi pelabuhan Murhum, suasana menyentuh, serupa tengah berlangsung proses persenyawaan diri dengan semesta, mungkin itulah kekuatan laut, kuasa menyentuh aliran energi pada sirkuit terjauh dalam diri. Rasa terpesona itu agaknya mirip dengan pengalaman pertama mereka yang baru pertama kali menginjakan kaki di pantai Losari Makassar Sulsel. Pembedanya barangkali; laut di sekitar pantai Kamali dan Pelabuhan Murhum relatif bersih dan terjaga bila dibanding kondisi laut di pantai Losari. Itu wajar saja mengingat Bau-Bau ialah kota kecil, dengan sendirinya tingkat pencemaran laut tak seperti beban yang ditanggung Makassar. Walhasil, sepanjang jalan menuju pantai Kamali dan Pelabuhan Murhum, berkelompok pejalan kaki mulai anak kecil, laki-laki, gadis sampai orang tua tak mau kalah menjemput pagi di lokasi ini.
KEMBALI KE ARTIKEL